Suara.com - Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeleok mengatakan hingga detik ini stunting (kerdil) masih menjadi masalah kesehatan pada anak dan balita Indonesia.
Menurutnya, 30,8% atau 3 sampai 4 dari 10 anak di Indonesia masih mengalami kondisi ini.
"Jadi artinya masih ada yang kekurangan pakan di anak-anak kita sehingga dia menjadi kerdil dan sayangnya ini akan menjadi beban bagi bangsa kita," jelas Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek dalam Simposium Pengembangan Industri Obat Tradisional dan Peningkatan Penggunaan Obat Tradisional, Selasa (20/8/2019) di Sheraton Mustika Resort, Yogyakarta.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik dan otak pada anak dan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan mikronutrien, asupan makanan, infeksi, sosial ekonomi dan lingkungan.
Baca Juga: Susun Rencana Strategis Turunkan Stunting, Ini Langkah Kemenkes
Menurut Power of Nutrition, stunting tidak hanya akan memengaruhi kesehatan anak tetapi juga menghambat perkembangan mereka di masa depan.
- Anak yang mengalami stunting tidak pernah tumbuh setinggi mungkin atau tidak mengembangkan potensi kognitif mereka secara penuh.
- Anak-anak yang terhambat perkembangannya, penghasilannya 20% lebih sedikit daripada rekan sebaya mereka yang tidak terhambat.
- Mempunyai sistem imun yang rendah, sehingga membuat mereka rentan terhadap penyakit dan infeksi.
Untuk mencegah stunting, Nila Moeloek menekankan pada ibu hamil untuk melengkapi nutrisi mereka selama hamil, salah satunya zat besi.
Baca Juga: Anak Stunting Berisiko Idap Diabetes Melitus saat Dewasa?
"Pada waktu hamil kita juga melihat ibu-ibu yang kekurangan energi kronis cukup tinggi, ibu-ibu yang kekurangan zat besi juga tinggi. Akhirnya apa? nanti stunting," jelasnya.
Nila juga pernah mengatakan, tidak adanya stunting adalah salah satu syarat tercapainya pembangunan kesehatan sampai pada lanjut usia berdasarkan Human Capital Indeks.