Efek Berbagi Sikat Gigi Mirip dengan Berciuman?

Vika Widiastuti Suara.Com
Senin, 12 Agustus 2019 | 07:20 WIB
Efek Berbagi Sikat Gigi Mirip dengan Berciuman?
Ilustrasi sikat gigi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sikat gigi berguna untuk menjaga kebersihan mulut, mulai dari membersihkan mulut, menghilangkan plak, hingga membersihkan makanan sisa di gigi. Sehingga tak heran sikat gigi dianggap sebagai barang yang sangat pribadi dan tidak boleh dibagikan pada siapapun.

Lalu apa efek dari berbagi sikat gigi? Apakah buruk untuk kesehatan? Jawabannya bisa iya dan tidak.

Dilansir dari medical daily, John Grbic, seorang profesor kedokteran gigi di Columbia University mengatakan bahwa sikat gigi bisa saja mengandung 100 juta bakteri atau penyakit periodontal atau infeksi gusi.

"Saat Anda menyikat gigi, sebenarnya Anda mengganggu bakteri," katanya kepada Men's Health.

Baca Juga: Ayo Rajin Sikat Gigi, Kesehatan Mulut Buruk Tingkatkan Risiko Kanker Hati!

Ia menjelaskan, ada kemungkinan kecil berbagi sikat gigi dengan orang lain bisa membuat Anda sakit. Menurutnya penyakit periodontal, seperti gingivitis (radang gusi) bisa ditularkan, tetapi jarang melalui sikat gigi bersama.

Bakteri mungkin akan mati saat berpindah ke mulut orang lain. Namun, menurut Grbic, berganti sikat gigi masih mungkin tertular penyakit tertentu. Seperti infeksi virus, seperti herpes, dapat berpindah dari satu mulut ke mulut lainnya.

Ilustrasi sikat gigi. (Shutterstock)
Ilustrasi sikat gigi. (Shutterstock)

Lalu apakah efek berbagi sikat gigi sama dengan berciuman?

Saat Anda berbagi sikat gigi, Anda bisa bertukar air liur dengan cara yang sama seperti mencium. Namun, bermesraan memengaruhi tubuh secara berbeda.

Menurut studi, berciuman dapat membantu meningkatkan gairah seks pada wanita. Hal ini karena testosteron berpindah melalui air liur pria ke wanita.

Baca Juga: Jangan Malas Sikat Gigi, Penyakit Gusi Bisa Memicu Alzheimer

"Ada bukti bahwa air liur mengandung testosteron di dalamnya," ujar Helen Fisher, seorang antropolog dan peneliti, seperti dikutip dari Live Science.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI