Diantara kedua tipe tersebut, tipe SCLC hampir seluruhnya disebabkan oleh kebiasaan merokok dan dikenal lebih agresif karena pada stadium lanjut dapat lebih cepat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Di Indonesia sendiri, sekitar 52% penderita kanker paru-paru didiagnosis tipe SCLC.
Menurut dr. Sita, saat ini pengobatan kanker paru-paru dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode operasi, dengan mengangkat/mengoperasi jaringan sel kanker yang menyebar di organ vital, terapi radiasi, yang membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi seperti sinar-X; kemoterapi dan terapi target, yang menggunakan obat-obatan khusus untuk mengecilkan, membunuh, memblokir pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Seiring berkembangnya penemuan dalam penanganan kanker paru-paru seperti pemberian terapi target, saat ini di Indonesia juga telah ada pengobatan melalui imunoterapi, yang cara kerjanya menstimulasi sistem kekebalan tubuh pasien untuk meningkatkan harapan hidup pasien kanker stadium IIIB dan IV (stadium lanjut) menjadi lebih panjang.
Ada beberapa jenis imunoterapi untuk pasien kanker paru-paru yang disesuaikan dengan kebutuhan penderita kanker, antara lain imunoterapi penghambat ‘checkpoint’ sistem imun, vaksin kanker berupa vaksin terapeutik untuk membunuh sel kanker, dan terapi sel t adoptive yang merubah salah satu jenis sel darah putih pada penderita kanker untuk dapat kembali menyerang sel kanker.
Baca Juga: Sistem Satu Pintu dengan Teknologi Robotik untuk Pengobatan Kanker Prostat
Lebih jauh lagi, imunoterapi bukan hanya berfungsi sebagai pengobatan tambahan, melainkan berperan sebagai pengobatan utama yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh penderita kanker paru-paru untuk melawan sel kanker itu sendiri.
Sistem kerja dari pengobatan imunoterapi ini adalah langsung menyasar atau menghambat pertemuan sel imun yang kerap dimanfaatkan oleh sel kanker untuk menghindari serangan dari sistem imun atau daya tahan tubuh. Dengan begitu, sistem kekebalan pada penderita kanker akan jauh lebih aktif untuk melawan sel kanker tersebut.
Hampir 25% pasien kanker paru-paru yang menerima imunoterapi dan belum pernah menjalani kemoterapi sebelumnya mampu bertahan hidup hingga 5 tahun. Sedangkan bagi pasien yang pernah menjalani kemoterapi, angka tersebut turun menjadi hanya lebih dari 15 persen.
Di masa yang akan datang, imunoterapi diharapkan dapat berkembang lebih jauh berdasarkan kebutuhannya dan dapat menekan laju pertumbuhan angka beban kanker lainnya di Indonesia. Tentunya setiap metode pengobatan memiliki performa dan efek yang berbeda bagi setiap pasien kanker tergantung pada jenis kebutuhan pasien itu sendiri.
Bagaimanapun, terobosan pengobatan medis saat ini dapat memberikan optimisme dan proses pengobatan yang lebih baik, khususnya bagi pasien kanker sehingga bisa memberikan hidup yang berkualitas bersama keluarga.
Baca Juga: Begini Cara Paling Ampuh Deteksi Kanker Prostat
Dimasa yang akan datang, kanker diharapkan bukan lagi merupakan “vonis kematian” bagi pasien kanker di Indonesia, untuk itu perkembangan inovasi pengobatan kanker pengobatan harus terus didukung oleh semua pihak untuk menciptakan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat.