Beralih ke Pangan Berbahan Tumbuhan demi Keberlangsungan
Untuk itu, diperlukan solusi pangan sehat dan aman namun tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Di sini, prinsip keberlangsungan (sustainability) harus di kedepankan.
Salah satu solusi yang ditawarkan Prof Bloem adalah menggiatkan makanan yang bersumber dari tumbuhan. Tidak seperti daging yang memerlukan lahan, pakan, dan air untuk hewan ternak, pengolahan makanan bersumber tumbuhan membutuhkan sumber daya yang lebih rendah.
Beberapa makanan bersumber tumbuhan dengan kandungan gizi tinggi sejatinya sudah terintegrasi dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Tahu dan tempe, makanan olahan dari kacang kedelai yang kini mulai populer di Amerika dan Eropa, lazim disantap masyarakat Indonesia sehari-hari.
Baca Juga: Pakar Sebut Makanan Sehat Tidak Harus Mahal, Ini Cara Mengakalinya
"Indonesia juga kaya akan buah-buahan eksotik bergizi tinggi, seperti pisang ambon, nangka muda, pepaya, hingga salak," ungkap Prof Bloem.
Di sini, kolaborasi antara pihak swasta (industri) dan pemerintah penting agar makanan sehat berbahan tumbuhan kembali populer dikonsumsi masyarakat.
Pihak swasta lewat industri makanan misalnya, bisa memperbanyak produk yang dibuat dari tumbuhan asli Indonesia, yang difortifikasi dengan kandungan vitamin dan mineral. Selain membantu mengatasi masalah gizi di masyarakat, penggunaan bahan baku tumbuhan lokal juga bisa mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan industri.
Untuk pemerintah, dukungan bisa dilakukan dengan membuat peraturan tentang produksi pangan berbahan tumbuhan lokal. Tak lupa promosi soal makanan sehat berbahan tumbuhan yang kaya gizi dan murah harus ditargetkan ke masyarakat.
"Harapannya pengentasan masalah malnutrisi bisa dilakukan dengan tidak memperburuk kondisi lingkungan," tutupnya.
Baca Juga: Keamanan Pangan Langkah Pertama Menuju Pola Makan Sehat