Mati Listrik Bikin ASI Perah Tak Berkualitas, Ini Saran Pakar

Senin, 05 Agustus 2019 | 19:00 WIB
Mati Listrik Bikin ASI Perah Tak Berkualitas, Ini Saran Pakar
Ilustrasi ibu Menyusui. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mati Listrik Bikin ASI Perah Tak Berkualitas, Ini Saran Pakar.

Kesibukan dan jumlah ASI yang melimpah merupakan dua alasan utama mengapa ibu zaman sekarang selalu menggunakan metode pumping dan menyetok ASI untuk sang buah hati.

Sementara saat ini, masalah mati listrik dapat menyebabkan stok ASI perah menurun.

ASI perah yang harusnya bisa bertahan sampai 12 jam saat disimpan di dalam mesin pendingin, jadi hanya mampu bertahan sampai empat jam saja di suhu biasa.

Baca Juga: Pekan Menyusui Sedunia 2019 : AIMI Gelar Menyusui Serentak

Menurut dokter sekaligus pejuang ASI, dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM, ASI perah baiknya dilakukan sebagai pilihan terakhir bila memang ibu sudah tidak memungkinkan lagi untuk menyusui ASI secara langsung kepada anak.

Dikatakan dr. Utami, jika ASI perah memiliki satu keunggulan yaitu anak mendapat manfaat dari kandungan ASI, maka pemberian ASI melalui proses menyusui langsung memiliki tiga keunggulan sekaligus.

"Menyusui langsung memiliki manfaat bagi kesehatan mental anak. Makanya menyusui adalah ibadah. Kedua ada keuntungan kesehatan bagi ibu dan ketiga ada manfaat (kandungan) ASI yang diterima anak," kata dr. Utami saat ditemui Suara.com baru-baru ini.

Ia melanjutkan bagaimana tiga penelitian yang pernah Ia baca, yaitu penelitian dari Inggris (2002), Amerika Serikat (2015) dan Australia (penelitian dilakukan 15 tahun), membuktikan mengenai manfaat besar ketika ibu menyusui secara langsung.

"Enam bulan diberi ASI eksklusif sampai dua tahun dan disusui bukan ASI perah, anak-anak ketika usia 5 tahun, akan lebih jarang tantrum mencuri dan berbohong," katanya.

Baca Juga: Pekan ASI Sedunia, 8 Seleb Hollywood Ini Berbagi Kisah saat Menyusui

Memasuki usia 14 tahun, manfaat ASI langsung juga semakin besar. Risiko anak melakukan tindakan seperti melawan hukum, melakukan kejahatan remaja, psikosomatis dan depresi juga menurun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI