Makin Banyak Orang Indonesia yang Kegemukan dan Obesitas, Ini Bahayanya

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 05 Agustus 2019 | 07:35 WIB
Makin Banyak Orang Indonesia yang Kegemukan dan Obesitas, Ini Bahayanya
Bahaya kegemukan dan obesitas. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Makin Banyak Orang Indonesia yang Kegemukan dan Obesitas, Ini Bahayanya

Peningkatan prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami kegemukan dan obesitas jadi perhatian khusus. Jika dibiarkan, angka kesakitan akibat penyakit tidak menular bisa meningkat.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penduduk obesitas meningkat dari 14,8 persen di 2013 menjadi 21,8 persen di 2018. Hal yang sama juga terlihat pada kasus penduduk kegemukan, yang meningkat dari 11,5 persen di 2013 menjadi 13,6 persen di 2018.

Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, mengatakan tren peningkatan angka prevalensi kegemukan dan obesitas Indonesia harus dihentikan. Jika tidak, risiko tekanan darah naik, pecah pembuluh darah, hingga gula darah tinggi akan mengintai.

Baca Juga: Kemiskinan Jadi Penyebab Utama Kasus Malnutrisi di Indonesia

"Obesitas itu kan timbunan lemaknya ada di tengah tubuh, berisiko menutupi organ-organ penting seperti jantung, ginja, pankreas, hingga paru-paru. Di mana lemaknya banyak, tandanya banyak racun yang bisa menyebabkan inflamasi, yang jika didiamkan bertahun-tahun bisa menyebabkan penyakit diabetes, jantung, hingga hipertensi dan stroke," ujar Prof Hardinsyah, di sela-sela acara Asian Congress of Nutrition 2019 di Nusa Dua, Bali, Minggu (4/8/2019).

Penyebab kegemukan dan obesitas sangat banyak. Menurut Prof Hardinsyah, makanan dengan gizi tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, hingga kurang tidur dan tidur berlebih bisa menjadi penyebab kegemukan dan obesitas.

Tidak hanya di Indonesia, Prof Hardinsyah menyebut peningkatan jumlah penduduk kegemukan dan obesitas juga terlihat di beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Australia.

Untuk itu, perhelatan Asian Congress of Nutrition 2019 ini diharapkan bisa menjadi ajang pertukaran informasi dan pengetahuan untuk menangkal masalah kegemukan dan obesitas.

Ilustrasi obesitas anak. (Shutterstock)
Ilustrasi obesitas anak. (Shutterstock)

"Malaysia lonjakannya luar biasa. Sementara Korea dan Jepang mampu menahan (angka kegemukan). Makanya perlu sharing bagaimana kita bisa mencontoh supaya pertumbuhannya (angka kegemukan) agak pelan," tuturnya lagi.

Baca Juga: Batasi Konsumsi Bubble Tea! Minuman Ini Picu Kerusakan Ginjal dan Kegemukan

Sebagai contoh, transportasi umum yang baik di Korea dan Jepang membuat masyarakat enggan menggunakan kendaraan pribadi. Penggunaan transportasi umum membuat masyarakat terbiasa jalan kaki dari halte menuju sekolah atau kantor.

Sayangnya, perkembangan teknologi digital dengan adanya taksi dan ojek online membuat orang semakin enggan jalan kaki. Karena itu, sedikit paksaan untuk membuat orang jalan kaki menurutnya akan berdampak baik.

"Orang dibikin lebih sering jalan, MRT dan LRT itu bagus karena kan untuk ke peron harus naik dan turun tangga. Atau di mal, parkirnya yang jauh, jangan di bawah mal," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI