Kemiskinan Jadi Penyebab Utama Kasus Malnutrisi di Indonesia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Minggu, 04 Agustus 2019 | 22:00 WIB
Kemiskinan Jadi Penyebab Utama Kasus Malnutrisi di Indonesia
Asian Congress of Nutrition 2019 bahas nutrisi dan inovasi makanan untuk kesejahteraan berkelanjutan. (Suara.com/M. Reza Sulaiman)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kemiskinan Jadi Penyebab Utama Kasus Malnutrisi di Indonesia

Kasus malnutrisi masih menghantui anak Indonesia. Pakar mengatakan, kemiskinan jadi penyebab utamanya. Kok bisa?

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebut saat ini, proporsi status gizi buruk dan gizi kurang mencapai 17,7 persen. Meski turun dari tahun 2013 yang mencapai 19,6 persen, namun target yang diinginkan masih belum tercapai.

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan, mengatakan kasus malnutrisi yang terjadi di daerah urban sering disebabkan oleh kemiskinan.

Baca Juga: Tingkat Kelaparan dan Anak-Anak Kurang Gizi di Asia Pasifik Terus Memburuk

"Penyebabnya banyak, orang sakit juga bisa jadi malnutrisi. Tapi secara umum itu kemiskinan dan akses pelayanan kesehatan. Di daerah urban kebanyakan kemiskinan," ujarnya di sela-sela acara Asian Congress of Nutrition 2019 di Bali, Minggu (4/8/2019).

Dikatakan Akmal, pengentasan malnutrisi di Indonesia sudah menunjukkan tren yang baik. Dalam artian, angka prevalensi dan proporsinya terus turun dari tahun ke tahun.

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan pula aspek kesejahteraan yang berkelanjutan (sustainable wellbeing). Sebab, kesejahteraan yang rendah berdampak langsung pada risiko malnutrisi.

"Kita mengaitkan wellbeing dengan kemampuan ekonomi. Jadi kalau kita mau wellbeing, mau sehat, tapi biayanya mahal, itu nggak akan sustain (berkelanjutan), suatu saat dia akan berhenti," urai Akmal.

"Bagaimana caranya supaya bisa mencapai kesehatan, tapi efektif dan efisien, itu yang disebut sustain. Jika dilihat dari lainnya, akses (pelayanan kesehatan) artinya semua orang harus bisa dapat (pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien) itu baru namanya sustain," tambahnya lagi.

Baca Juga: Bayi Vegan Tak Harus Kurang Gizi, Begini Cara Cukupi Kebutuhan Nutrisinya

Hal senada juga dikatakan oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Ketua Pergizi Pangan Indonesia, sekaligus Chairman Asian Congress of Nutrition 2019. Dikatakannya, aspek gizi dan nutrisi berhubungan erat dengan makanan.

Membicarakan gizi dan nutrisi berarti membicarakan bagaimana caranya makanan bisa masuk ke tubuh seseorang. Banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut, yang selama ini jarang diperhatikan, mengakibatkan munculnya kasus malnutrisi seperti gizi buruk, kurang gizi, hingga stunting (anak tumbuh pendek) dan wasting (anak sangat kurus).

Kemiskinan jadi penyebab malnutrisi. [shutterstock]
Kemiskinan jadi penyebab malnutrisi. [shutterstock]

"Jadi kita bicara bukan cuma sehat, tapi juga afiat. Kesehatan dilihat secara keseluruhan. Tidak hanya soal gizi, tapi bagaimana gizi dari makanan itu masuk ke tubuh, kan harus dipertimbangkan juga faktor psikologi, sosial, ekonomi, transportasi, semuanya," terang Hardinsyah, di kesempatan yang sama.

Lelaki yang juga Guru Besar Tetap Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan perhelatan Asian Congress of Nutrition 2019 diharapkan bisa menghadirkan solusi masalah malnutrisi di Indonesia.

Dengan mendatangkan pakar dari luar negeri dan mempresentasikan penelitian-penelitian terbaru, akan ada solusi yang bisa diaplikasikan di Indonesia.

"Outcomenya mentransfer riset dan pengetahuan baru, terutama dari Asia, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI