Berdasarkan simulasi perkiraan sebaran konsentrasi emisi yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan PLN, pembangkit listrik yang ada di Jakarta dan sekitarnya terbukti tidak memberikan kontribusi besar bagi buruknya kondisi udara Jakarta.
Hal ini terjadi karena sebagian besar pembangkit listrik yang digunakan di Jakarta adalah gas alam, yang kandungan pencemarnya rendah. Sementara untuk PLTU (berbahan bakar batubara) yang ada, telah dilengkapi dengan continuous emission monitoring system (CEMS) yang berfungsi untuk memonitor emisi secara kontinyu.
Ia pun meminta masyarakat mengubah kebiasaan penggunaan energi dari pembakaran individual ke jaringan listrik untuk mengurangi pencemaran udara.
"Misalnya penggunaan mobil listrik, kompor listrik, kereta listrik, Moda transportasi listrik (MRT) dan LRT," tutupnya.
Baca Juga: 900 Ribu Warga DKI Jakarta Terserang ISPA, Dampak Polusi Udara?