Kasus Penembakan Polisi, Mengapa Marah Sebabkan Tindakan Kekerasan?

Jum'at, 26 Juli 2019 | 16:57 WIB
Kasus Penembakan Polisi, Mengapa Marah Sebabkan Tindakan Kekerasan?
Istri almarhum Bripka RE menangis di peti jenazah suaminya di Depok. (Suara.com/Supriyadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebaliknya, kita semua perlu membuat pilihan rasional dalam hidup kita terlepas dari keadaan emosi kita, dan kita semua bertanggung jawab secara hukum atas tindakan kita.

"Namun, hukum itu, bagaimanapun, pengalaman saya sebagai seorang kriminolog telah menunjukkan kepada saya bahwa ada kalanya emosi manusia mengalahkan rasionalitas, dan tidak ada emosi yang lebih kuat atau memotivasi daripada ketakutan," tandasnya.

Selain itu, kemarahan bisa berubah kekerasan juga berhubungan dengan kontrol kognitif atau kontrol diri.

Dilansir dari scientificamerican, Profesor Psikologi Sosial dari Universitas Michigan, Richard Nisbett dengan jelas mengatakan bahwa dia lebih suka putranya memiliki kontrol diri yang tinggi daripada kecerdasan.

Baca Juga: Motif Brigadir Rangga Tembak Mati Bripka RE, Tak Mau Keponakan Ditahan

Sebab, kontrol diri adalah kunci kehidupan karena otak kita rentan terhadap segala macam pengaruh. Misalnya saja seperti menonton film yang menunjukkan kekerasan membuat seseorang cenderung bertindak hal yang sama.

Kasus lain seperti terjadi pada 2007, yaitu pembantaian Virgina Tech. Pelaku penembakan disebut memiliki mekanisme kontrol kognitif yang kacau. Mereka hanya menggunakan mekanisme kontrol kognitif mereka untuk melayani tujuan yang terganggu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI