Suara.com - Berikan Edukasi Kesehatan Seksual, Orangtua dan Anak Harus Lakukan Komunikasi Dua Arah
Memberikan edukasi kesehatan seksual kepada anak tidak bisa dilakukan sembarangan. Pakar mengatakan agar pemberian edukasi bisa diserap dengan baik oleh anak, komunikasi yang dijalin harus dua arah.
Inez Kristanti, M.Psi., Psikolog, pakar psikologi klinis dari Klinik Angsamerah mengatakan, dalam pemberian edukasi kesehatan seksual, orangtua tidak bisa melakukannya dengan komunikasi satu arah seperti melarang, menyuruh, atau memerintah.
Baca Juga: Studi: 1 dari 4 Perempuan Lakukan Ini di Klinik Kesehatan Seksual
"Kesalahan orangtua itu komunikasi satu arah, anak dibilang nggak boleh gini, nggak boleh gitu, dilarang-larang, ini nggak efektif," ujar Inez, dalam temu media baru-baru ini.
Dalam pemberian edukasi kesehatan seksual, komunikasi dua arah lebih diutamakan. Inez menjelaskan bahwa komunikasi dua arah membuat anak paham alasan orangtuanya memberikan edukasi tersebut.
"Jadi anak bukan cuma dilarang, tapi diberikan informasi secara lengkap. Sebabnya, kesehatan seksual itu luas banget bukan cuma sebatas hubungan seks, tapi termasuk juga organ kelamin, penyakit menular seksual, citra tubuh, dan lain-lain," paparnya.
Pemberian edukasi juga sebaiknya dimulai sejak dini. Misalnya saat anak berusia dua tahun, orangtua mengenalkan nama organ kelamin dan fungsinya. Dengan begitu, obrolan seputar kesehatan seksual tak lagi jadi hal tabu dan canggung untuk dibicarakan.
Jika anak baru diberikan edukasi kesehatan seksual di usia remaja, bisa jadi ia canggung untuk membicarakannya dengan orangtua. Hal inilah yang mendorong remaja mencari informasi dari teman sebaya ataupun internet, yang tak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Baca Juga: Benarkah Bersepeda Pengaruhi Kesehatan Seksual Lelaki?
"Jadi dibiasakan dari kecil, misalnya dengan menyebut nama organ kelamin sebagai penis dan vagina. Kalau baru diajak ngobrol saat remaja, ujuk-ujuk begitu saja, komunikasi dua arah tidak terjalin karena tidak ada rasa percaya dari anak kepada orangtuanya," tandas Inez.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Helena Rahayu Wonoadi, Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia, meluncurkan kampanye edukasi kesehatan seksual EDUKA5EKS lewat brand Durex. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi.
Sebabnya, saat ini teman sebaya dan internet merupakan sumber paling nyaman bagi anak-anak dan remaja Indonesia untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan seksual. Padahal, belum tentu informasi tersebut benar dan bisa dipercaya.
"EDUKA5EKS adalah cara untuk menjangkau kaum muda, orangtua, dan pasangan di Indonesia untuk memastikan peningkatan kesadaran tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi," tutupnya.