Diet Karnivora Diklaim Bisa Obati Penyakit Autoimun, Benarkah?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 15 Juli 2019 | 16:56 WIB
Diet Karnivora Diklaim Bisa Obati Penyakit Autoimun, Benarkah?
Pola makan diet karnivora baik untuk penyakit autoimun? (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Diet Karnivora Diklaim Bisa Obati Penyakit Autoimun, Benarkah?

Seorang ahli mengklaim bahwa mengikuti diet karnivora membantu mengobati penyakit autoimun. Apa buktinya?

Dilansir Medical Daily, klaim ini berdasarkan penelitian yang menyebut kondisi kesehatan pasien juvenile rheumatoid arthritis (JRA) membaik setelah mengikuti diet karnivora,pola makan yang hampir seluruh menunya terdiri dari daging.

Praktisi kedokteran dari Institute of Functional Medicine, Dr. Paul Saladino, mengatakan bahwa diet karnivora secara signifikan bermanfaat bagi mereka yang menderita penyakit autoimun.

Baca Juga: 4 Manfaat Pola Makan Vegan untuk Kesehatan Jantung

Menurutnya, makanan adalah bagian besar dari akar penyebab penyakit.

Ia pertama kali tertarik pada diet karnivora setelah mendengar Jordan Peterson berbicara tentang putrinya, Mikhaila, yang menderita juvenile rheumatoid arthritis (JRA), yang merupakan penyakit radang autoimun. Jordan Peterson merupakan penggagas diet karnivora yang berasal dari Amerika Serikat.

Saladino mengklaim bahwa ia terkejut ketika ia mendengar bahwa kondisi Mikhaila membaik dan dia benar-benar sembuh dari JRA dan depresi karena mekanisme imunologis dan peradangan bersamaan yang disebabkan oleh pola makan semua daging.

Saladino kemudian berpikir bahwa mungkin memakan hewan lebih baik dari tanaman untuk manusia, karena tanaman diketahui dapat memicu gejala penyakit autoimun melalui berbagai mekanisme.

Ilustrasi diet karnivora. (Shutterstock)
Ilustrasi diet karnivora. (Shutterstock)

Saladino juga melihat karya Dr. Steven Gundry, penulis buku 'The Plant Paradox,' untuk menguraikan pengetahuannya tentang efek memakan tanaman bagi manusia. Dia menemukan bahwa lektin, protein nabati yang kadang-kadang disebut sebagai protein pengikat glika atau protein lengket, berikatan dengan molekul gula pada permukaan sel.

Baca Juga: Gaya Hidup & Pola Makan yang Tepat Saat Haid Bantu Tubuh Lebih Berenergi

Mereka kemudian akan mengganggu penyerapan nutrisi di dinding usus dan secara negatif mempengaruhi mikrobioma usus dengan menggeser keseimbangan flora bakteri. Saladino menyimpulkan bahwa manusia, sebagai mamalia, lebih baik mengikuti diet semua daging daripada makan makanan nabati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI