Suara.com - Polusi udara tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga kesehatan. Belakangan ini heboh kondisi udara di Jakarta.
Menurut data dari "Air Quality Index" pada Senin (8/7/2019), tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 154 di mana menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota masuk dalam kategori tidak sehat.
Tak hanya mengganggu pernapasan dan kesehatan mata, polusi udara ternyata juga berdampak pada otak. Bahkan bisa menyebabkan penyakit neurologis, seperti parkinson dan alzheimer.
Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal eLife, berkurangnya kemampuan indra penciuman merupakan tanda awal dari gangguan neurologis. Hal ini seperti yang dilaporkan Medical News Today dilansir dari Medical Daily.
Baca Juga: Ini 4 Efek Buruk Polusi Udara bagi Kulit Sensitif
Para peneliti dari Penn State University pun mempelajari bagaimana polusi memicu perkembangan penyakit melalui udara yang kita hirup. Studi tersebut berfokus pada hubungan antara kualitas udara yang buruk dan aliran cairan serebrospinal (CSF) dalam tubuh.
Cairan ini biasanya terdapat di sekitar sistem saraf pusat, yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa CSF berfungsi sebagai 'bantal' yang melindungi sistem.
Selain itu, menurut Patrick Drew, penulis studi dan profesor di Penn State, cairan ini juga membantu dalam aliran limbah keluar dari otak dan area tulang belakang.
"Saya mencoba menandai cairan serebrospinal dengan pewarna untuk percobaan. Lalu, kami mulai melihat cairan serebrospinal yang diwarnai ini mengalir keluar melalui hidung," kata Jordan Norwood, penulis studi dan mahasiswa pascasarjana dari Penn State.
Parkinson dan alzheimer telah dikaitkan dengan protein yang rusak dalam tubuh. Para peneliti menemukan bahwa polusi udara bisa menganggu CSF.
Baca Juga: Jakarta Darurat Polusi Udara, Ini 3 Tips untuk Jaga Kesehatan Paru-Paru
"Mengurangi pergantian CSF mungkin merupakan faktor yang berkontribusi terhadap penumpukan metabolit dan protein beracun yang menyebabkan gangguan neurogeneratif," kata peneliti.