Anak Ingin Sunat, Ini 5 Hal yang Wajib Diperhatikan Orangtua

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 12 Juli 2019 | 08:03 WIB
Anak Ingin Sunat, Ini 5 Hal yang Wajib Diperhatikan Orangtua
Pisang simbol lelaki disunat atau dikhitan. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pasien yang memiliki kondisi medis tertentu tidak dapat melakukan tindakan sirkumsisi, karena dapat berisiko terjadinya komplikasi. Beberapa kondisi medis tertentu tersebut seperti adanya hipospadia di muara uretra yang terletak tidak pada ujung penis, tetapi pada bagian ventral penis. Hipospadia adalah kondisi di mana pasien seakan-akan telah disunat dari dalam kandungan. Selain itu, ketika pasien memiliki epispadia, berkebalikan letaknya dengan hipospadia, yaitu di bagian dorsal penis, dengan gejala yang sama. Pasien juga tidak dapat melakukan tindakan sirkumsisi apabila memiliki kelainan pembekuan darah, sepertihemofilia dan anemia aplastik.

Maka itu, ada baiknya tindakan sirkumsisi dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau dokter spesialis bedah anak, agar apabila ditemukan adanya kelainan organ atau kondisi medis tertentu, dokter dapat memberikan penjelasan dan penanganan yang lebih tepat.

Ilustrasi alat bedah untuk sunat, khitan, atau sirkumsisi. (Shutterstock)
Ilustrasi alat bedah untuk sunat, khitan, atau sirkumsisi. (Shutterstock)

4. Usia terbaik untuk sunat

Dari sisi medis, tidak ada usia tertentu yang dipandang optimal untuk melakukan prosedur sirkumsisi. Apabila tidak ada masalah atau indikasi medis tertentu, sirkumsisi bisa dilakukan kapan saja. Sekarang, semakin banyak orangtua yang tak segan membawa anaknya untuk dikhitan sedari dini. Latar belakangnya, selain karena adanya indikasi medis, juga untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih.

Baca Juga: Dear Bunda, Ini Usia Terbaik Anak Melakukan Sunat

Manfaat yang didapat dengan sirkumsisi yang dilakukan ketika bayi tak jauh berbeda dengan tindakan sirkumsisi yang dilakukan ketika anak usia sekolah. Bedanya, penggunaan bius bisa lebih sedikit. Lalu, ketika usia bayi, bayi belum terlalu banyak bergerak, sehingga proses penyembuhan pun bisa lebih cepat. Risiko khitan saat bayi, usia balita, hingga usia sekolah juga relatif sama.

5. Edukasi setelah tindakan sunat

Setelah tindakan sirkumsisi, pasien akan mengalami beberapa reaksi jangka pendek yang tidak membahayakan. Oleh karena itu, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Reaksi tersebut antara lain seperti rasa ngilu pada kepala penis yang baru dikhitan. Hal tersebut wajar dan terjadi karena kepala penis menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau kontak dengan celana dalam. Rasa ngilu akan berangsur-angsur berkurang dalam kurun waktu dua sampai empat minggu.

Pasien disarankan untuk menggunakan celana dalam yang lebih longgar atau celana dalam sunat. Bila selesai berkemih jangan lupa bersihkan sisa air dengan tisu atau kasa pada tiga hari pertama selesai sirkumsisi. Selanjutnya, diharapkan pada seminggu awal sirkumsisi sebaiknya mengurangi aktivitas naik sepeda, naik motor, atau menunggang kuda untuk mengurangi gesekan antara luka sirkumsisi dengan sadel.

Nah, itulah 5 hal yang wajib diperhatikan orangtua jika ingin menyunat anak.

Baca Juga: Sunat Lebih Baik dilakukan Pagi Hari, Ini Penjelasan Pakar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI