Suara.com - Pada April lalu, seorang wanita bernama Natalie membuka bioskop porno berteknologi 5 dimensi di Amsterdam, Belanda.
Dikatakan sebagai 5 dimensi karena bioskop ini difasilitasi dengan kursi goyang, embusan angin serta cipratan air kepada penonton.
Menurut Natalie, hal ini dapat memberikan pengalaman baru serta menstimulasi panca indera penontonnya.
"Kami jelas tidak hanya mengejar wisatawan untuk audiens kami. Itu lucu karena di Amsterdam orang-orang Belanda memiliki minat untuk membebaskan diri dari norma. Ikut dengan istrimu, tertawa, dan cobalah sesuatu yang berbeda," kata Natalie kepada Dutch Review.
Baca Juga: Bagaimana Menyelamatkan Generasi Muda yang Terkungkung Pornografi?
Natalie mengklaim pengalaman ini membuat penikmat menjadi lebih 'bersemangat'.
Menonton film atau video porno dapat membuat penikmatnya menjadi kecanduan. Tetapi hal ini berbeda dengan kecanduan narkoba atau alkohol.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nicole Prause, CEO perusahaan riset otak Liberos dan seorang peneliti di University of California, Los Angeles, penonton mengalami penurunan reaksi otak saat menonton film porno.
"Dalam kecanduan lain seperti judi, ketika Anda melihat isyarat, untuk orang yang memiliki masalah, otak lebih responsif. Dalam kasus pornografi, dengan orang yang mengatakan mereka memiliki masalah, daya tanggap mereka berkurang," jelas Prause, mengutip BBC UK.
Sedangkan menurut Rory Reid , asisten profesor psikiatri di University of California, Los Angeles, 'kecanduan' pornografi dapat berdampak pada kehidupan konsumennya.
Baca Juga: Keseringan Nonton Film Porno Bisa Bikin Seseorang Jadi Biseksual?
Menurutnya ini sama dengan pecandu judi.
“Sejumlah besar orang menghabiskan banyak waktu menonton pornografi. Meskipun ini saja tidak menjadikannya gangguan kesehatan mental, ketika mereka mengejar pornografi meskipun ada risiko kerusakan emosional pada diri sendiri atau orang lain, mengalami konsekuensi negatif yang signifikan, seperti pemutusan hubungan kerja, dan merasa tidak mampu mengurangi atau menghentikan perilaku ini, ia mulai terlihat sangat mirip dengan masalah kesehatan mental lainnya seperti gangguan judi,” kata Rory Reid.