Sembarangan Dikonsumsi, Antibiotik Justru Tingkatkan Risiko Terkena Infeksi

Rabu, 03 Juli 2019 | 17:50 WIB
Sembarangan Dikonsumsi, Antibiotik Justru Tingkatkan Risiko Terkena Infeksi
Ilustrasi (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andreas Wack, ketua kelompok laboratorium imunoregulasi dari Francis Crick Institute, London, menunjukkan mengonsumsi antibiotik secara tidak tepat dapat menghilangkan bakteri baik di usus.

Padahal bakteri baik ini yang membuat kita tetap sehat dan terbebas dari virus, mengutip laman Daily Mail.

Saat melawan virus, tubuh kita menyalakan sinyal interferon tipe I dasar (IFNα / β), yang memicu peradangan. Sinyal-sinyal ini disesuaikan untuk membunuh virus tanpa merusak jaringan yang sehat.

"Studi ini mendukung bahwa meminum antibiotik secara tidak tepat, tidak hanya meningkatkan resistensi antibiotik dan menghilangkan komensal dalam usus Anda yang berguna dan melindungi, tetapi itu juga dapat membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi virus," kata Dr Wack.

Baca Juga: Bedakan Infeksi Bakteri dan Virus Sebelum Konsumsi Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat contohnya seperti mengonsumsi obat untuk virus, yang tidak efektif, atau tidak menyelesaikan pengobatan seperti yang ditentukan.

Ilustrasi obat pelangsing. [Shutterstock]
Ilustrasi antibiotik. [Shutterstock]

Ini memungkinkan bakteri untuk mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, menjadikan obat tidak berguna.

Bakteri dapat menjadi resistan terhadap obat ketika orang mengambil dosis antibiotik yang salah atau jika diberikan secara tidak perlu.

Kepala petugas medis Dame Sally Davies mengklaim pada 2016 bahwa ancaman resistensi antibiotik sama parahnya dengan terorisme.

Sekitar 700.000 orang sudah meninggal setiap tahun karena infeksi yang resistan terhadap obat termasuk TBC, HIV dan malaria di seluruh dunia.

Baca Juga: Tidak Dilarang, Tapi Penggunaan Antibiotik Harus Rasional

Selain obat yang ada menjadi kurang efektif, hanya ada satu atau dua antibiotik baru yang dikembangkan dalam 30 tahun terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI