Suara.com - Kanker Otak Seperti Agung Hercules, Kenali 3 Jenis Pengobatannya
Kabar penyakit kanker otak yang dialami Agung Hercules mengingatkan kembali soal bahaya kanker. Siapapun, baik itu lelaki atau perempuan, bisa terserang kanker.
Agung Hercules pun kini sedang mendapat perawatan yang dirahasiakan oleh pihak keluarga. Berbicara soal pengobatan kanker otak, ada beberapa hal yang jadi pertimbangan.
Alodokter dalam rilisnya kepada wartawa menyebut pengobatan kanker otak dilakukan berdasarkan beberapa faktor, yaitu usia dan kondisi kesehatan penderita secara umum, juga lokasi, ukuran, dan jenis tumor. Pilihan tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker otak, di antaranya adalah operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi.
Operasi
Baca Juga: Agung Hercules Sempat Susah Bicara, Kanker Otak Pengaruhi Komunikasi?
Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin dan meredakan gejala kanker otak. Umumnya, operasi dilakukan untuk membantu keberhasilan terapi lainnya. Terdapat beberapa metode operasi kanker otak, antara lain:
- Kraniotomi:
Dokter akan membelah tulang dari rangka kepala pada lokasi tumor yang diketahui dari pemindaian. Setelah tumor diangkat, potongan tulang akan dipasang kembali menggunakan pengaman berupa briket logam kecil. - Neuroendoskopi:
Dalam prosedur ini, tumor akan diangkat melalui lubang kecil yang dibuat pada rangka kepala. - Operasi melalui hidung (transsphenoidal surgery):
Operasi ini dilakukan untuk mengangkat tumor pada kelenjar pituituri, tanpa melakukan pembedahan rangka kepala. Dalam, transsphenoidal surgery, dokter akan memasukkan selang berkamera melalui hidung pasien untuk memotong dan mengeluarkan tumor.
Selanjutnya: Radioterapi dan Kemoterapi
Kemoterapi
Dalam terapi ini, obat antikanker dimasukkan dalam tubuh untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dilaksanakan pasca operasi untuk mencegah tumor muncul kembali, dan memperpanjang usia harapan hidup penderita.
Dalam kemoterapi, obat yang dapat digunakan adalah temozolomide atau vincristine. Untuk pasien anak-anak, dapat diberikan obat cyclophosphamide, vincristine, cisplatin, etoposide, carboplatin, atau methotrexate. Obat-obatan tersebut dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan.
Baca Juga: Penelitian: Cacar Air Bisa Turunkan Risiko Kanker Otak Jenis Glioma
Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk tablet atau kapsul yang diminum, suntikan pada cairan otak dan tulang belakang, serta suntikan pada pembuluh darah vena. Pelaksanaan kemoterapi dilakukan dalam suatu siklus yang terdiri dari pemberian obat dan masa istirahat.
Tiap siklus biasanya berlangsung selama beberapa minggu. Kemoterapi dapat menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, sariawan, kehilangan selera makan, rambut rontok, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, serta tubuh terasa lemah atau lelah. Selain itu, kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko infeksi.
Radioterapi
Dalam radioterapi, sinar berenergi tinggi diarahkan pada lokasi tumor untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali.
Radioterapi dilakukan untuk menghilangkan tumor yang tidak bisa diangkat dengan cara operasi, serta menurunkan risiko tumor muncul kembali. Radioterapi dilakukan dalam serangkaian terapi, selama 3-7 minggu.
Radioterapi bisa dilakukan dari luar (eksternal) yang ditujukan langsung pada tumor, atau menggunakan kapsul radioaktif yang ditempatkan dalam tumor (internal). Serupa dengan kemoterapi, radioterapi juga memiliki beberapa efek samping. Di antaranya rambut rontok, tubuh lelah, dan rasa tidak enak badan.
Selain kedua radioterapi tersebut, terdapat teknik yang disebut stereotactic radiosurgery. Dengan terapi ini, tumor dapat dihancurkan tanpa membedah rangka kepala. Dokter akan menggunakan bantuan CT scan atau MRI untuk menentukan posisi tumor. Selanjutnya, tumor dipotong dengan mengunakan pisau gamma atau pisau cyber.
Radioterapi jenis ini memiliki lebih sedikit komplikasi dibanding operasi biasa, dengan waktu pemulihan yang juga lebih cepat.
Kanker otak dapat tumbuh di beberapa bagian otak yang mengendalikan kemampuan bergerak, bicara, penglihatan, atau proses berpikir.
Oleh karena itu, pasca pengobatan diperlukan fisioterapi jika terjadi gangguan fungsi tubuh. Fisioterapi yang bisa dilakukan meliputi terapi fisik untuk mengembalikan fungsi bergerak atau kekuatan otot, terapi okupasi untuk membantu pasien melakukan kegiatan secara normal, serta terapi bicara bagi pasien yang memiliki gangguan bicara.