Pengobatan Kemoterapi Oral Kanker Otak Agung Hercules Ditanggung BPJS

Kamis, 27 Juni 2019 | 08:14 WIB
Pengobatan Kemoterapi Oral Kanker Otak Agung Hercules Ditanggung BPJS
Agung Hercules [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker otak yang diidap Agung Hercules jenis glioblastoma termasuk kanker otak primer stadium paling tinggi atau grade 4, karena penyebarannya yang sangat cepat. Hal ini disampaikan Dr. dr. Made Agus M. Inggas, Sp.BS, Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta.

Umumnya kata dokter Made, jenis kanker otak grade 4 ini diderita orang usia 60 tahun ke atas. Hal Ini bisa terjadi karena mutasi yang terjadi terlalu banyak dan berat. Sedangkan pada anak-anak atau dewasa muda biasanya kanker terjadi secara bertahap.

"Diawali dari grade 2, berkembang jadi grade 3, lalu menjadi grade 4," ujar dr Made dalam keterangan resmi yang diterima Suara.com, Kamis (27/6/2019).

Dr. dr. Made Agus M. Inggas, Sp.BS, Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta. [Firsta Putri Nodia/Suara.com]
Dr. dr. Made Agus M. Inggas, Sp.BS, Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta. [Firsta Putri Nodia/Suara.com]

Menurut Dr. dr. Made, angka harapan hidup pasien kanker otak kini semakin baik. Perkembangan teknologi makin maju, termasuk di Indonesia sehingga pengobatan kanker otak di Indonesia sama dengan standar internasional.

Baca Juga: Suntikan Semangat untuk Agung Hercules : Tidak Sehat, Barbel Melayang!

"Angka survival kita sama dengan pusat-pusat kanker lain karena kita punya modalitas yang sama dengan yang ada di negara lain," imbuhnya

Standar pengobatan kanker otak sendiri kata dr Made meliputi operasi, radiasi, dan kemoterapi. Setelah kanker diambil lalu diketahui jenisnya, selanjutnya dilakukan radioterapi untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tertinggal. Setelah itu baru dilakukan kemoterapi.

"Kemoterapi untuk kanker otak sedikit berbeda dengan kanker lain. Obatnya berupa pil, bukan cairan yang diinfus. Sampai sekarang obatnya cuma satu, yakni temozolamide. Itu terapi standar untuk glioblastoma yang sudah diterima secara internasional," jelas Dr. dr. Made.

Obat Temozolamide diberikan dalam enam seri. Dalam satu seri, obat diminum setiap hari selama lima hari. Setelah itu istirahat selama 23 hari. Lalu masuk ke seri dua, istirahat selama 23 hari, dan begitu seterusnya hingga enam seri.

Efektivitas pemberian temozolamide sama baiknya dalam bentuk pil maupun infus. Bentuk pil lebih menguntungkan karena efek sampingnya lebih sedikit ketimbang yang bentuk infus. Efek samping biasanya berupa mual dan muntah. Namun tidak ada keluhan rambut rontok, kulit menghitam, anemia, serta penurunan sel darah putih dan trombosit.

Baca Juga: Agung Hercules Sempat Susah Bicara, Kanker Otak Pengaruhi Komunikasi?

"Dalam bentuk pil tidak rusak di lambung, sehingga 100 persen diserap masuk ke darah. Lalu bisa tembus 100 persen ke sawar otak, sedangkan obat kemo yang lain tidak bisa menembus karena molekulnya besar," imbuh Dr. dr. Made.

Kabar baiknya, rangkaian pengobatan kanker otak mulai dari operasi, radioterapi, hingga kemoterapi, sudah ditanggung BPJS. Sayangnya, temozolamide baru dikhususkan untuk pengobatan kanker otak grade 4 seperti yang diderita Agung Hercules.

"Kabar baiknya, tahun depan untuk kanker grade 3 pun ditanggung BPJS," ujarnya.

Dr Made menambahkan, seperti obat kemo lainnya, temozolamide ditujukan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa. Namun perlu digarisbawahi, definisi sembuh dalam kanker otak bukan berarti kankernya hilang sama sekali.

Agung Hercules [Instagram]
Agung Hercules [Instagram]

"Secara medis, pasien disebut sembuh bila tidak lagi merasakan gejala, kankernya terkontrol dengan baik, dan kondisinya stabil. Itu sudah dianggap sembuh, meski kanker tidak sepenuhnya hilang," papar Dr. dr. Made.

Setelah menjalani enam seri kemoterapi, dilakukan evaluasi dengan MRI kepala. Selanjutnya, monitoring MRI tiga bulan kemudian, dan diulang tiga bulan selanjutnya. Bila hasilnya baik, MRI dilakukan enam bulan kemudian, lalu diulang enam bulan selanjutnya.

"Kalau hasilnya baik, MRI cukup setahun sekali, dan diulang tiap tahun," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI