Dalam dunia medis, dokter menganggap kematian lebih sebagai proses, bukan peristiwa. Seseorang dianggap telah meninggal ketika ia berhenti benapas, jantungnya berhenti berdetak dan aktivitas otak juga berhenti.
"Selama henti jantung, ketiga kriteria itu kematian hadir," kata Parnia.
Menurut International Association for Near Detah Studies, mereka yang penah pernah mengalami ini mengungkapkan pengalaman didominasi oleh perasaan yang menyenangkan seperti kedamaian, sukacita dan kebahagiaan.
Namun, yang lebih jarang, beberapa orang melaporkan pengalaman mereka didominasi oleh perasaan-perasaan menyedihkan dan menyakitkan secara emosional seperti ketakutan, teror, kengerian, kemarahan, kesepian, isolasi, atau rasa bersalah.
Baca Juga: Hamil Bayi Kembar, Wanita Ini Harus Bertahan Meski Satu Janin Meninggal
Inilah mengapa 'pengalaman mendekati kematian' sering kali disebut peristiwa psikospiritual yang mendalam.
Sedangkan dalam studi yang dilakukan pada tikus oleh Universitas Michigan pada 2013 menunjukkan, ada ledakan aktivitas otak pada saat-saat yang biasanya mendahului kematian.
Dengan kata lain, pada saat-saat pertama setelah tubuh mati, otak berperilaku seolah-olah sangat hidup, memiliki pikiran yang kompleks, dan bahkan mungkin 'hiperaktif.'
Para peneliti curiga bahwa ledakan aktivitas otak yang secara mengejutkan terorganisir dan mungkin disadari ini merupakan cara orang memiliki 'penglihatan' menjelang kematian, terutama yang selaras dengan apa yang mereka yakini akan mereka lihat setelah hidup mereka berakhir.
Tetapi sains masih jauh dari konfirmasi yang jelas tentang teori itu.
Baca Juga: Banyak Kasus Turis Meninggal saat Wisata, Ini 4 Tips Aman Saat Liburan