Anak Dituntut Masuk Sekolah Favorit Bisa Picu Depresi?

Sabtu, 22 Juni 2019 | 15:38 WIB
Anak Dituntut Masuk Sekolah Favorit Bisa Picu Depresi?
Ilustrasi seorang anak lelaki alami depresi. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak Dituntut Masuk Sekolah Favorit Bisa Picu Depresi?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan baru saja menerapkan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang menggunakan sistem zonasi. Sontak saja sistem ini banyak dikomplain orangtua peserta didik karena dianggap merepotkan.

Padahal tujuan utama dari penerapan sistem ini adalah meratakan mutu sekolah dan pendidikan di Indonesia karena meniadakan sistem sekolah favorit. Selama ini banyak orangtua menuntut buah hatinya bersekolah di sekolah favorit. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan anak tertekan dan memicu depresi.

Disampaikan DR. Dr Margarita Maria Maramis, SpKJ (K) dari RSUD Dr Soetomo, Surabaya, trauma akibat tekanan memilih sekolah favorit memang bisa menyebabkan depresi namun efeknya berbeda setiap individu.

Baca Juga: Diduga Alami Depresi, Seorang Mahasiswi Nekat Gantung Diri

Seminar kesehatan [Suara.com/Firsta]
Seminar kesehatan [Suara.com/Firsta]

"Ketika anak merasakan trauma dari kecil akibat terlalu banyak dituntut menurut ekspektasi orangtua maka bisa saja anak akan mengalami depresi berat ketika beranjak dewasa. Kasus depresi di remaja itu bisa sampai 4-5 persen. Biasanya lebih karena putus cinta, dibully atau urusan sekolah," ujar dr Margarita dalam konferensi pers 'Simposium Regional Lundbeck' di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).

Dr Margarita menambahkan, setiap anak mengalami trauma seharusnya segera diatasi. Itu sebabnya penting bagi orangtua untuk mendeteksi perubahan perilaku anak yang mengarah pada gejala depresi. 

"Sedini mungkin setiap trauma langsung diatasi. Orangtua mampu, oke langsung ke psikiater. Pasien biasanya sampai ke kami karena sudah trauma lama. Biasanya karena tidak segera ditangani atau bahkan orangtua tidak tahu sehingga terus disimpan," imbuhnya.

Ketika sudah terlanjur parah, anak yang mengalami depresi bisa menarik diri, diam, bahkan tak bisa produktif seperti anak-anak seusianya. 

"Misalnya anak merasa nggak nyaman dari SMP tapi orangtua tidak memahami itu. Sudah kacau baru dibawa ke psikiater. Jadi lebih baik sedini mungkin diobati agar tidak parah," tandasnya.

Baca Juga: Curhat Taeyeon SNSD Alami Depresi Viral, Penggemar Beri Dukungan!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI