Gunakan Rokok Elektrik? Inilah Lima Mitos Bahayanya

Sabtu, 22 Juni 2019 | 09:41 WIB
Gunakan Rokok Elektrik? Inilah Lima Mitos Bahayanya
Rokok elektrik. Sebagai ilustrasi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tidak ada studi terbaru yang mampu mendukung mitos bahwa rokok elektrik adalah gerbang awal remaja untuk merokok. Penelitian terbaru justru datang dari Selandia Baru yang menunjukkan bahwa rokok elektrik mampu menekan jumlah perokok dewasa muda.

Sejak 2017, Selandia Baru telah melegalkan penjualan dan pasokan rokok elektrik sebagai produk konsumen setelah mengamati bahwa terjadi penurunan tingkat merokok, terutama di kalangan dewasa muda. Untuk itu, Kementerian Kesehatan Selandia Baru baru-baru ini menerbitkan hasil penelitian mereka yang menunjukkan bahwa angka merokok di Selandia Baru terus menurun, dengan sisa 16 persen orang dewasa muda merokok pada 2017 sampai 2018.

Mitos #4: Rokok elektrik tidak bisa membuat orang berhenti merokok

Sebuah studi baru-baru ini dari University College London pada Mei 2019 menemukan bahwa sebanyak 95 persen dari 20 ribu responden berhasil berhenti merokok dengan bantuan rokok elektrik.

Baca Juga: Disayangkan, Tinjauan Ulang Penalti Lima Detik untuk Vettel Ditolak

Dibandingkan dengan NRT (Nicotine Replacement Therapy), banyaknya studi tentang efektivitas rokok elektrik kini mulai memicu banyak perdebatan ilmiah. Salah satu penelitian yang terbaru diterbitkan oleh
New England Journal of Medicine pada Januari 2019. Studi ini menyimpulkan bahwa rokok elektrik hampir dua kali lebih efektif daripada NRT.

Temuan ini juga didukung studi peer-review oleh Centre for Substance Use Research (CSUR) yang diterbitkan dalam Journal of Pulmonary and Respiratory Medicine pada Februari 2019. Studi ini melaporkan bahwa total konsumsi rokok di antara peserta penelitiannya menurun sekitar 73 persen dalam periode tiga bulan setelah mereka mulai menggunakan rokok elektrik.

Mitos #5: Uap rokok elektrik berbahaya bagi orang sekitar

Bahan kimia dalam asap rokok sangatlah berbahaya bagi orang disekitarnya. Sedangkan, rokok elektronik tidak menghasilkan asap dari pembakaran dan tidak menghasilkan side-stream vapor yang dihirup oleh
orang-orang di sekitar penggunanya.

Studi yang diterbitkan oleh Roswell Park Comprehensive Cancer Centre, Drexel University, dan Public Health of England menyimpulkan bahwa uap atau aerosol pada rokok elektrik mengandung tingkat toksisitas yang sangat rendah dan tidak memiliki bahaya serius bagi orang disekitarnya.

Baca Juga: Ultah Jokowi, Banyak Diunggah Potret Presiden Naik Motor dan Sepeda

Peneliti dari Cancer Research UK juga menyatakan bahwa belum ada bukti yang meyakinkan tentang bahaya uap rokok elektrik bagi orang sekitar dan jika ada, bahayanya bagi pengguna dan orang sekitar dapat dipastikan jauh lebih rendah daripada asap tembakau.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI