Suara.com - Sepasang suami istri berinisial LA dan ES asal Tasikmalaya, Jawa Barat, membuat warga sekitar resah. Pasalnya, pasutri ini sengaja mempertontonkan adegan ranjang pada anak-anak dan meminta bayaran pada mereka.
Anak-anak dengan usia maksimal 12 tahun dimintai uang Rp5 ribu jika mereka ingin menonton adegan seksual pasangan 24 tahun itu secara langsung.
Hal tersebut terungkap setelah sejumlah bocah di Tasikmalaya mengungkapkan perilaku itu kepada tokoh masyarakat dan dilaporkan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
“Kami menerima laporan itu, setelah sejumlah anak mengadu ke guru ngaji di kampung tempat pasutri itu. Ternyata, pasutri itu sudah mempertontonkan adegan tak senonoh secara live dan berbayar kepada anak-anak sejak lama, sejak bulan Ramadan,” kata Ketua KPAI Tasikmalaya Ato Rinanto, Selasa (18/6/2019).
Baca Juga: Bagaimana Menyelamatkan Generasi Muda yang Terkungkung Pornografi?
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, pasutri itu menawarkan menonton mereka bercinta kepada anak-anak pada malam hari.
“Sedikitnya 7 anak yang mayoritas masih duduk di bangku SD menjadi korban perilaku menyimpang pasutri itu. Lebih dari sekali mereka mempertontonkan hal itu,” tukasnya.
Perilaku tidak senonoh ini secara tidak langsung bisa berdampak buruk pada anak-anak yang sering menonton adegan seksual sejak dini, salah satunya pada otak mereka di kemudian hari.
Berdasarkan laman fightthenewdrug.org, penelitian menunjukkan mereka yang sering mengonsumsi pornografi memiliki otak yang kurang terhubung, kurang aktif bahkan ukurannya lebih kecil di beberapa bagian.
"Pornografi menciptakan kondisi yang sempurna dan memicu pelepasan bahan kimia yang tepat untuk membuat perubahan yang berlangsung lama di otak," jelas Norman Doidge, seorang peneliti di Columbia University.
Baca Juga: Banyak Unsur Kekerasan dan Pornografi dalam Game
Dan semakin lama seseorang melihat konten pornografi, otak akan semakin mengingatnya untuk waktu yang lama.
Sayangnya, pornografi sama adiktifnya dengan zat dan perilaku lainnya yang mengaktifkan bagian otak disebut dengan 'pusat penghargaan'. Ini akan memicu pelepasan bahan kimia yang memberi pelakunya gebrakan sementara. Salah satu bahan kimia tersebut adalah protein DeltaFosB.