Suara.com - Bekerja hanya satu hari dalam seminggu selama 8 jam ternyata memberikan banyak manfaat untuk kesehatan mental dan fisik manusia.
Menurut sebuah penelitian, kerja selama 8 jam per minggunya adalah waktu yang optimal untuk kesejahteraan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan mental seseorang.
Tetapi, para peneliti dari Universitas Cambridge dan Salford juga tidak menemukan data bahwa bekerja lebih dari 8 jam sehari dan setiap minggunya meningkatkan risiko tersebut.
Para akademisi telah menyarankan untuk menentukan jam kerja yang sesuai dengan keejahteraan optimal. Dalam hal ini mereka telah melakukan survei dengan memeriksa hubungan antara perubahan jam kerja dan kesehatan mental serta kepuasan hidup seseorang.
Baca Juga: Menurut Riset, Hangout Bareng Sahabat Bagus untuk Kesehatan Mental
Mereka melibatkan sebanyak 70 ribu orang di Inggris dengan karakteristik usia, jumlah anak, penyakit yang diderita dan pendapatan rumah tangga.
Sebanyak 70 ribu peserta itu juga ditanya mengenai masalah kecemasan, harga diri dan waktu tidur untuk mengetahui kondisi mentalnya.
"Kami memiliki panduan efektif untuk penelitian ini mulai dari asupan vitamin C hingga waktu tidur untuk mengetahui kondisi mereka," kata Dr Brendan Burchell salah satu peneliti dikutip dari Daily Mail.
Hasilnya, jam kerja sangat beperan penting dalam menjaga kesehatan mental pekerja. Dalam hal ini jam kerja yang lebih singkat sangat bermanfaat untuk kesehatan mental manusia.
Dr Jed Boarman, pemimpin inklusi sosial di Royal College of Psychiatrists juga menambahkan bahwa menjadi pengangguran bukan pilihan yang tepat. Karena pengangguran juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan kesejahteraan.
Baca Juga: Dari Semua Media Sosial, Instagram Dinilai Terburuk bagi Kesehatan Mental
Tetapi, pekerjaan yang terlalu membebani dengan jam kerja padat dan kesejahteraan tidak imbang juga tidak baik untuk kesehatan mental seseorang.
"Berada di dalam pekerjaan yang penuh tuntutan tinggi dan kompleksitas, ketidaknyamanan pekerjaan dan upah kerja yang tidak adil sama buruknya bagi kesehatan mental seseorang seperti yang dirasakan oleh pengangguran," jelasnya.
Sebuah studi tahun 2017, orang yang memiliki pekerjaan penuh tekanan lebih berisiko mengalami masalah kesehatan dan stres.
Kondisi ini juga akan memengaruhi kadar glukosa dan kolesterol yang lebih buruk. Selain itu juga meningkatkan kadar zat yang terkait pembekuan darah dan peradangan.
Darah tinggi dan kadar kolesterol dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, sementara gumpalan darah dapat menyebabkan emboli paru yang mematikan.