Pasutri Tontonkan Adegan Seks ke Anak-anak & Tarik Bayaran, Ini Dampaknya!

Rabu, 19 Juni 2019 | 15:36 WIB
Pasutri Tontonkan Adegan Seks ke Anak-anak & Tarik Bayaran, Ini Dampaknya!
Ilustrasi pornografi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasutri asal Tasikmalaya, Jawa Barat, ditahan aparat kepolisian akibat telah membuat resah warga.

Pasangan berinisial LA dan ES sengaja mempertontonkan adegan ranjang secara langsung pada anak dengan usia maksimal 12 tahun.

Tidak hanya itu saja, mereka juga meminta bayaran Rp5 ribu setiap tontonan.

“Kami menerima laporan itu, setelah sejumlah anak mengadu ke guru ngaji di kampung tempat pasutri itu. Ternyata, pasutri itu sudah mempertontonkan adegan tak senonoh secara live dan berbayar kepada anak-anak sejak lama, sejak bulan Ramadan,” kata Ketua KPAI Tasikmalaya Ato Rinanto, Selasa (18/6/2019).

Baca Juga: Bagaimana Menyelamatkan Generasi Muda yang Terkungkung Pornografi?

Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, pasutri itu menawarkan menonton mereka bercinta kepada anak-anak pada malam hari.

“Sedikitnya 7 anak yang mayoritas masih duduk di bangku SD menjadi korban perilaku menyimpang pasutri itu. Lebih dari sekali mereka mempertontonkan hal itu,” tukasnya.

Ilustrasi hubungan seksual (Shutterstock).
Ilustrasi hubungan seksual (Shutterstock).

Terkait dengan hal ini, tentu saja akan ada dampak pada anak-anak kecil yang menonton adegan hubungan seksual tersebut.

Melansir Psychology Today, paparan dini tentang konten seksual memiliki dampak mendalam pada nilai-nilai, sikap dan perilaku anak-anak terhadap seks dan hubungan.

Berdasarkan penelitian dari University of Buckingham, menonton pornografi di usia muda membuat anak-anak lebih mungkin untuk melakukan hubungan seks lebih awal dan menerapkan kebiasaan seksual yang tidak sehat di masa depan.

Baca Juga: Banyak Unsur Kekerasan dan Pornografi dalam Game

"Studi kami meneliti bagaimana paparan materi eksplisit seksual, yang didefinisikan sebagai media apa pun yang menggambarkan perilaku seksual tanpa sensor, dapat memengaruhi adopsi perilaku seksual yang berisiko," tutur Elysia Walker, salah satu penulis penelitian ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI