Suara.com - Sampai sekarang bubble tea sebagai campuran minuman dingin masih populer di Indonesia. Minuman dengan topping bubble tea ini seolah telah membuat banyak orang kecanduan.
Di sisi lain, banyak juga orang yang menyoroti minuman dengan bubble tea ini lebih menyehatkan atau sebaliknya.
Bubble tea atau boba adalah minuman asal Taiwan yang memiliki basis minuman seperti teh, susu, kopi, buah dan lainnya.
Gelembung kenyal ini terbuat dari tepung tapioka yang dicapur sirup sehingga membuat rasanya manis dengan sensasi kenyal. Diperkirakan satu ons bubble tea yang terbuat dari tapioka ini setara dengan 61,81 kalori.
Baca Juga: Terlalu Sering Minum Bubble Tea, Gadis 14 Tahun Alami Sembelit Parah
Berdasarkan riset di University Horpital Aachen di Jerman tahun 2012 yang dilansir dari spoonuniversity.com, menemukan campuran bahan bubble tea mengandung bahan kimia karsinogenik atau PCB yang bisa menyebabkan kanker.
Di Amerika Serikat sendiri bahan kimia karsinogenik seperti PCB sudah dilarang karena menimbulkan risiko kesehatan.
Selain kanker, kandungan ini dapat merusak sistem kekebalan tubuh, sistem endokrin, sistem reproduksi dan sistem saraf.
Sebuah penelitian Berkeley Wellness juga menemukan bahwa tingginya jumlah karbohidrat dan kandungan gula dalam bubble tea.
Melansir dari hellosehat.com, bubble tea juga mengandung gula tambahan yang cukup tinggi, seperti sukrosa, fruktosa, galaktosa dan melezitosa.
Baca Juga: Dokter Temukan Ratusan Bola-bola Bubble Tea di Perut Gadis Ini, Kok Bisa?
Berdasarkan penelitian Jae Eun Min, David B. Green dan Loan Kim, bubble tea memiliki kandungan gula sebesar 38 gram dan kalori sebanyak 299 kcal setiap porsinya.
Padahal kebutuhan gula tambahan tidak boleh lebih dari 150 kcal per hari untuk pria dan 100 kcal per hari untuk wanita.
Makanan atau minuman yang tinggi gula dan kalori inilah yang sering kali dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes, terutama di kalangan anak-anak.
Kadar gula dan kalori yang tinggi dalam ini pula yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan asam urat.
Penelitian Caitlin Batt telah menemukan bahwa sering mengonsumsi minuman manis lebih dari 2 kali sehari dapat meningkatkan risiko asam urat sebesar 1,78 kali pada pria dan 3,05 kali pada wanita.
Kondisi ini terjadi karena kadar fruktosa dan kalori yang berlebih dalam tubuh.
Kandungan gula yang tinggi juga menyebabkan terjadinya resistensi insulin, hormon yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya diabetes melitus tipe 2.
Karena itu, konsumsi bubble tea dalam jumlah berlebih tidak baik karena bisa meningkatkan risiko sejumlah penyakit, mulai kanker, diabetes hingga asam urat.