Suara.com - Terobosan Baru Obat Kanker Payudara Terbukti Tingkatkan Kelangsungan Hidup
Kabar baik bagi pengidap kanker payudara. Sebuah terobosan baru di bidang obat-obatan menghasilkan obat kanker payudara baru, yang disebut bisa meningkatkan kelangsungan hidup pasien.
Dilansir VOA Indonesia, obat ini disebut bisa meningkatkan kelangsungan hidup perempuan muda pengidap kanker payudara secara drastis.
Penemuan tersebut dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Masyarakat Onkologi Klinis Amerika Serikat di Chicago. Menurut penelitian tersebut, penambahan ribociclib inhibitor meningkatkan kelangsungan hidup menjadi 70 persen setelah tiga setengah tahun.
Baca Juga: Kemenkes Diam soal Pencabutan Obat Kanker Usus, Penyintas Terpaksa Bersabar
Angka mortalitas berkurang 29 persen dari ketika para pasien, yang semuanya berusia 59 tahun dan belum menopause, secara acak diberikan placebo.
Penulis utama Sara Hurvitz mengatakan bahwa studi tersebut memusatkan perhatian pada jenis kanker yang diakibatkan oleh hormon estrogen. Jenis kanker ini menyumbang dua pertiga dari seluruh kasus di antara perempuan muda.
Biasanya jenis kanker ini diobati dengan terapi-terapi untuk memblokir produksi hormon.
Cara kerja obat baru ini adalah dengan menghambat aktivitas sel kanker yang mengeluarkan enzim.
Pengobatan juga tidak terlalu toksik dibanding kemoterapi tradisional karena menarget sel kanker lebih selektif hingga menghambat kemampuan mereka untuk berkembang.
Baca Juga: Terbaru, Zat Pedas dalam Cabai Disebut Bisa Jadi Obat Kanker Paru-paru
Sekitar 268 ribu kasus baru kanker payudara diperkirakan akan terdeteksi pada perempuan di AS pada 2019. Sedangkan jenis kanker yang lebih ganas menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan berusia 20 hingga 59 tahun.
Percobaan baru itu meneliti 670 kasus, termasuk hanya perempuan yang punya kanker stadium lanjut, stadium empat, yang sebelumnya tidak menerima terapi penghambat hormon.
"Pasien-pasien itu cenderung didiagnosis terlambat, pada stadium lanjut penyakit mereka. Karena, kita tidak punya modalitas pemeriksaan untuk perempuan muda," kata Hurvitz.
"Ini yang membuat kami gembira karena ini terapi yang mempengaruhi banyak pasien dalam stadium lanjut," katanya lagi.