Suara.com - Demi Puaskan Hobi Belanja, Perempuan Ini Rela Jual Plasma Darah
Carisa Barker, (20), telah menghabiskan waktunya dua kali seminggu selama satu tahun terakhir ke klinik untuk menjual plasma darah. Ya plasma darah mengandung komponen protein yang dibutuhkan dalam beberapa metode kecantikan.
Atas plasma darah yang didonorkannya, Carisa mendapat imbalan uang tunai sebesar 280 dollar Amerika atau sekitar Rp 4 juta sebulan dan dalam setahun sekitar 3. 360 dollar Amerika atau sekitar Rp 48 juta.
Perempuan asal Salt Lake City, Utah, ini mengatakan bahwa praktik ini merupakan cara mudah untuk menghasilkan uang.
Baca Juga: Makan Tak Sehat, Plasma Darah Perempuan Ini Mirip Lemak Babi
"Saya benar-benar akan merekomendasikan hal ini kepada orang-orang yang kekurangan uang dan ingin berbelanja. Saya menyumbangkan plasma dua kali seminggu dan mendapatkan uang tunai sebagai imbalannya," ujar dia, dilansir dari NY Post.
Plasma darah adalah cairan kekuningan dalam darah yang tersisa setelah sel darah putih dan merah serta trombosit dikeluarkan. Cairan ini terdiri dari air, garam, protein dan enzim dan digunakan dalam obat-obatan untuk membantu orang yang menderita luka bakar, syok, trauma, dan keadaan darurat medis lainnya.
Sementara donor darah tidak ditawari uang sebagai imbalan atas sumbangan mereka, pusat pengumpulan plasma di seluruh AS menawarkan pembayaran dengan mendonorkan plasma darah.
Untuk memuaskan hasrat belanjanya, Barker dalam sebulan bisa menggelontorkan uang sekitar $ 600 atau Rp 8,6 juta untuk membeli pakaian, sepatu, dan produk kecantikan.
“Saya seorang shopaholic dan saya akan berbelanja setiap hari jika saya bisa. Saya biasanya pergi tiga atau empat kali seminggu untuk berbelanja. Pakaian dan sepatu adalah barang favorit saya untuk dibeli dan saya juga suka produk kecantikan," imbuhnya.
Baca Juga: Mycoplasma Genitalium, Penyakit Seksual yang Dijuluki Superbug
Selama proses donasi, yang disebut plasmapheresis, darah dikeluarkan dari tubuh Barker, plasma dikumpulkan dan komponen darah yang tersisa dikembalikan ke tubuhnya.
“Tidak ada risiko kesehatan yang saya tahu dan orang tua saya baik-baik saja ketika saya melakukannya. Plasma saya digunakan untuk membuat obat-obatan untuk orang dengan penyakit langka. Itu artinya tindakan saya menyelamatkan nyawa orang lain," lanjut Barker.
Seorang perwakilan untuk BioLife mengatakan untuk mendonorkan darah, pihaknya menetapkan kriteria ketat, termasuk frekuensi donasi dan cek kesehatan pendonor.
“Donor juga harus memenuhi kriteria skrining untuk jumlah darah (hematokrit) dan kadar protein total, bersama dengan kriteria skrining lainnya, sebelum setiap donasi - tes tambahan dilakukan setiap empat bulan,” ujar pihak BioLife.
Plasma yang dikumpulkan dari donor sehat diproses menjadi berbagai macam terapi yang bermanfaat bagi ribuan orang setiap hari dengan penyakit langka yang sering kali mengancam jiwa seperti kelainan imunodefisiensi, hemofilia, dan herediter angioedema (HAE).