WHO Tetapkan Kecanduan Video Game Sebagai Penyakit, Padahal Ini Manfaatnya

Senin, 27 Mei 2019 | 15:28 WIB
WHO Tetapkan Kecanduan Video Game Sebagai Penyakit, Padahal Ini Manfaatnya
Ilustrasi sepasang anak main video game. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada pertemuan ke-72 Majelis Kesehatan Dunia (WHA) pada Sabtu (25 Mei 2019) kemarin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meresmikan kecanduan bermain game sebagai penyakit 'modern'.

Menurut WHO, seperti yang dilansir Suara.com dari Venture Beat, penyakit yang dinamai gaming disorder ini didefinisikan sebagai pola perilaku bermain game yang ditandai dengan gangguan pengendalian diri untuk bermain game, meningkatnya prioritas terhadap bermain game melebihi minat dan kegiatan lain dalam keseharian, dan berlanjutnya bermain game meskipun ada konsekuensi negatifnya.

Terlepas dari ini, sebenarnya video game mempunyai manfaat tersendiri bagi pemainnya.

Berdasarkan Psychology Today, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh peneliti Adam Eichenbaum, Daphne Bavelier, dan C. Shawn Green menunjukkan efek positif jangka panjang dari video game pada proses mental dasar.

Baca Juga: WHO Tetapkan Gaming Disorder Sebagai Penyakit, Korea Selatan Menentang

Mental dasar ini termasuk persepsi, perhatian, memori , dan pengambilan keputusan.

Ilustrasi video game (Shutterstock).
Ilustrasi video game (Shutterstock).

Hasil dari penelitian yang dilakukan dalam 2 strategi ini menunjukkan efek video game terhadap peningkatan kewaspadaan dan perhatian pemainnya.

Meningkatkan perhatian spasial

Dalam buku 'Learning, Attentional Control, and Action Video Games' milik Green & Bavelier  (20120 menemukan, video game yang berjenis action dapat meningkatkan kinerja pada kemampuan untuk menemukan, secara cepat, stimulus target di bidang gangguan, sebuah tes yang telah ditemukan untuk memprediksi secara baik dalam kemampuan mengemudi.

Peningkatan kemampuan untuk melacak objek yang bergerak

Baca Juga: Sudah Diresmikan WHO, Kecanduan Main Game Diakui sebagai Penyakit

Permainan aksi meningkatkan kemampuan anak-anak dan orang dewasa untuk melacak serangkaian objek bergerak yang secara visual identik dengan objek bergerak lainnya di bidang visual.

Mengurangi impulsif

Permainan aksi meningkatkan kinerja dalam tes kemampuan untuk menahan diri dari menanggapi rangsangan non-target, dalam situasi di mana sebagian besar rangsangan meminta respons tetapi stimulus sesekali menyerukan tidak ada respons.

Mengatasi disleksia

Dalam buku 'Action Video Games Make Dyslexic Children Read Better' karya Sandro Franceschini pada 2013 silam menunjukkan bahwa bermain video game selama 12 jam meningkatkan skor anak disleksia dalam tes membaca dan fonologi.

Bahkan, peningkatannya sama besar atau lebih besar dari yang dicapai oleh program pelatihan yang secara eksplisit dirancang untuk mengobati disleksia.

Terkait dengan penyakit Gaming Disorder, WHO juga menjelaskan penyakit ini bisa didiagnosis. 

Menurut penjelasan mereka, kecanduan bermain game akan tergolong sebagai penyakit jika pola perilaku pasien cukup parah, sehingga mengakibatkan penurunan signifikan dalam fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya, dan biasanya akan terbukti setidaknya selama 12 bulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI