Suara.com - Indonesia merupakan salah satu pasar strategis untuk industri kesehatan dan suplemen makanan dunia. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia pada 2021 diproyeksi mencapai 45 juta penduduk. Dan seiring dengan dengan meningkatnya daya beli masyarakat, konsumsi suplemen kesehatan pun kian menjadi tren.
Namun permintaan akan suplemen kesehatan yang terus meningkat menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri kesehatan dan suplemen makanan di Indonesia.
Disampaikan Vice President, Quality Assurance and Control Herbalife Nutrition, Peter Chang, kini semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjalankan hidup sehat sebagai prioritas. Hal ini harus dibarengi dengan komitmen produsen untuk menghadirkan suplemen nutrisi berkualitas.
"Peningkatan permintaan akan produk nutrisi berkualitas harus diikuti dengan usaha produsen untuk transparan dan konsisten guna menjaga kualitas dan keamanan produknya. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus mulai dengan sumber bahan-bahan baku berkualitas tinggi dan melalui tahapan produksi yang cermat dengan pengujian lanjutan dari setiap produk jadi," ujar Peter dalam temu media beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Lelaki Ini Alami Hipertensi Akut Setelah Konsumsi Suplemen Penambah Gairah
Selain itu, kata Peter, produsen harus memiliki tahapan proses, produk, laboratorium, serta ilmuwan yang disertifikasi dan diakreditasi oleh organisasi pihak ketiga independen, seperti Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO), serta regulator pemerintah.
"Ketika sebuah perusahaan mendapatkan akreditasi ISO 17025, itu berarti bahwa perusahaan telah mematuhi standar ketat untuk kompetensi teknis tenaga ilmiah laboratorium, keakuratan metode pengujian mikrobiologi dan kimia, dan validasi peralatan," imbuhnya.
Saat ini, lanjut Peter, pasar suplemen makanan kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh produk impor yang mencapai 80 persen. Data dari Cekindo, salah satu perusahaan konsultan bisnis dunia, produk suplemen kesehatan impor itu didominasi dari produsen di Amerika Serikat.
"Dari Rp 4,5 triliun (US$ 318 juta) pendapatan perusahaan suplemen makanan kesehatan di Indonesia, sebanyak Rp 3,5 triliun (US$ 250 juta) dikontribusi oleh produk-produk asal Amerika Serikat," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Director and General Manager Herbalife Nutrition Indonesia Andam Dewi, menambahkan bahwa kepatuhan terhadap regulasi pemerintah merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan bisnis di industri suplemen makanan kesehatan di Indonesia.
Baca Juga: Kerap Alami Gangguan Pencernaan, Asupan Suplemen Enzim Jadi Solusi
Pihaknya mengaku telah menanamkan sejumlah besar investasi untuk memenuhi ketentuan dan persyaratan berdasar undang-undang yang berlaku. Investasi tersebut dijalankan di semua lini produksi perusahaan seperti penanaman, pengolahan, pengemasan hingga di jalur distribusi yang melibatkan instrumen dan peralatan modern termasuk untuk pengujian DNA bahan baku.
“Singkatnya, perusahaan harus mulai mengadopsi filosofi bisnis berkelanjutan. Dengan kepatuhan terhadap regulasi dan diikuti dengan akreditasi ISO serta akreditasi dari lembaga-lembaga pihak ketiga yang kredibel, maka pelanggan dapat yakin bahwa produk dan fasilitas perusahaan nutrisi memenuhi standar internasional untuk kualitas, pengujian, dan keamanan produk,” tutup Andam.