Suara.com - Kalian pasti pernah menemui atau melihat orang sakit kritis dalam keadaan koma. Koma bukan berarti mati hanya karena mereka tidak merespons suara, cahaya, sentuhan atau apapun di sekitarnya.
Pasien yang sedang koma memang tidak bisa merespons suara, cahaya atau apapun di sekitarnya. Tetapi, otaknya masih berfungsi dalam tingkat yang sangat rendah.
Tidak ada perawatan atau pengobatan khusus yang membantu pasien melewati masa koma. Dalam hal ini tim medis hanya mampu mencegah dan mengurangi efek samping dari koma.
Sama halnya dengan manusia dalam keadaan normal, pasien yang sedang koma juga membutuhkan makan dan minum agar kondisi stabil.
Baca Juga: Kebanyakan Minum Air Tingkatkan Risiko Pembengkakan Otak dan Kematian
Pada kondisi ini dilansir dari science.howstuffmorks.com, pasien koma memang tidak bisa makan dan minum sendiri.
Mereka menerima nutrisi dan cairan melalui pembuluh darah atau lubang makanan. Sehingga mereka tidak akan merasa kelaparan atau dehidrasi selama koma.
Selain itu, pasien koma juga menerima elektrolit, yakni garam dan zat lainnya yang membantu mengatur proses tubuh.
Jika kondisi pasien koma tidak menggunakan ventilator, mereka bisa menerima makanan melalui tabung khusus yang langsung masuk ke tenggorokan.
Tabung trakeotomi ini bisa digunakan dalam waktu yang lama karena tidak membutuhkan banyak perawatan dan tidak akan melukai jaringan lunak rongga mulut.
Baca Juga: Indra Penciuman Terganggu, Diintai Kematian Lebih Cepat?
Melansir dari hellosehat.com, pasien koma juga bisa menerima makanan dan minum melalui tabung nasograstik yang dimasukkan ke hidung menuju tenggorokan dan berakhir ke lambung.
Namun, jenis tabung ini hanya bisa digunakan selama 1-4 minggu saja. Jika lebih dari 4 minggu, maka tabung nasogastrik ini biasanya akan diganti dengan selang PEG.
Cara terakhir bisa melalui selang PEG atau Percutaneous Endoscopic Gastronomy adalah selang makanan permanen yang dimasukkan dari kulit perut langsung ke dalam perut pasien.
Lewat selang ini, makanan buatan akan dimasukkan langsung ke dalam lambung untuk dicerna oleh pasien koma.
Di sisi lain, karena pasien yang koma tidak dapat buang air kecil sendiri. Maka mereka dipasangi tabung karet alias kateter yang dimasukkan langsung ke kandung kemih mereka untuk mengeluarkan urine.