Kenapa Orang Sulit Mengaku Kalah atau Salah? Psikolog Ungkap 3 Alasannya!

Kamis, 23 Mei 2019 | 19:50 WIB
Kenapa Orang Sulit Mengaku Kalah atau Salah? Psikolog Ungkap 3 Alasannya!
Ilustrasi orang yang tidak mau mengakui kesalahan atau kekalahannya (Unsplash/Ricardo Mancia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi beberapa orang mungkin terasa sulit untuk mengakui kesalahan maupun kekalahan sendiri di depan banyak orang atau lawan bicara.

Semua orang juga pasti pernah menemui karakter tersebut. Baik pasangan, orangtua, saudara, teman maupun pimpinan.

Hal itu bukan suatu kondisi mental yang sangat buruk. Melainkan karakter dari orang itu sendiri.

Dr Tim Sharp, psikolog dari The Happines Institute dilansir dari whimn.com, pun menyatakan pendapatnya bahwa seseorang yang sulit mengaku kesalahan maupun kekalahannya mungkin karena 3 alasan ini.

Baca Juga: Kerusuhan di Jakarta Bikin Panik dan Cemas, Ini Saran dari Psikolog

1. Jika mengakui salah atau kalah artinya tidak layak

Beberapa orang memiliki kecemasan psikologis jika sampai mengakui kesalahan atau kekalahannya di depan orang lain.

"Saya berpikir bahwa orang melakukan itu bukan karena tidak suka salah. Tapi tidak ingin dipandang ada kesalahan pada karakternya," ujarnya.

Bagi sebagai orang ini sebuah kebutuhan irasional egonya yang selalu ingin kesempurnaan. Karena itu, mereka merasa sulit mengakui kegagalannya dan memiliki harapan tidak realistis.

Ilustrasi orang diam karena tidak mau mengakui kesalahannya (Pexels/Kat Jayne)
Ilustrasi orang diam karena tidak mau mengakui kesalahannya (Pexels/Kat Jayne)

2. Tidak mengakui salah atau kalah artinya sosok yang kuat

Baca Juga: Aksi Pelecehan Kembali Terjadi di Kereta, Psikolog: Stop Salahkan Korban

Bagi sebagian orang mengaku kesalahan atau kekalahan di muka umum sama saja memperlihatkan penampilan yang lemah.

Karena itu, mereka tidak pernah mau mengakui kesalahannya karena tidak ingin dipandang lemah dan selalu ingin dihormati.

Tetapi, Dr Sharp melihat seseorang yang mau mengakui kesalahannya justru lebih dihormati dan dijadikan panutan, terlebih ia seorang pemimpin.

"Ini cukup masuk akal, karena jika orang mengatakan saya 100 persen sempurna dan benar itu sulit dipercaya. Aku pun sulit mempercayai orang yang tidak aku kenal tapi mengakui 100 persen sempurna," ujarnya.

3. Tidak siap menerima kebenaran

Faktanya, mereka yang sulit mengakui kesalahan atau kekalahannya tidak cukup siap dalam menerima kebenarannya.

Bahkan mereka mungkin sama sekali tidak peduli dengan kebenaran yang sesungguhnya.

"Mereka tidak peduli karena mereka lebih memikirkan aspek lain yang mereka inginkan dan dianggap lebih penting," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI