Suara.com - Hari Skizofrenia Sedunia, Pasien Rumah Sakit Jiwa Solo Diajak Berkarya
Puji Santoso (37) terlihat sibuk menyiapkan cat air. Dituangnya pelan-pelan cat air berbagai rupa, lalu diambilnya sebuah kuas kecil yang ada di hadapannya.
Setelah menemukan ide, dia lantas menyapukan cat air itu ke sebuah papan kecil yang sudah disiapkan. Ia mulai menggambar sesuai dengan imajinasinya. Gunung, jalan, dan persawahan menjadi tema yang dipilihnya.
Puji, begitu ia akrab disapa, merupakan pasien rumah sakit jiwa daerah (RSJD) dr Arif Zainudin Solo. Sudah beberapa minggu pria yang mengaku berasal dari Sragen itu dirawat.
Baca Juga: Hasil Tes Kejiwaan, Lelaki yang Duduki Alquran Idap Skizofrenia Paranoid
Gangguan jiwa berat membuatnya tidak lagi ingat terlalu banyak mengenai kisah masa lalunya. Tetapi, sedikit ingatan masih membuatnya bisa diajak untuk berkomunikasi.
"Ini saya gambar pegunungan, ada sawah dan juga jalan raya. Saya bisanya menggambar itu," terang Puji kepada Suara.com, Selasa (21/5/2019).
Puji menjadi satu dari beberapa pasien RSJD Solo yang mengikuti kegiatan dalam rangka peringatan Hari Skizofrenia Dunia yang jatuh setiap tanggal 24 Mei.
RSJD Solo pun mengadakan kegiatan yang bertajuk Pekan Kesadaran Skizofrenia. Ada beberapa kegiatan yang menjadi rangkaian untuk memperingati hari tersebut.
Selain melukis, ada juga pameran dan workshop membuat telur asin, membuat batik celup dan juga kegiatan lainnya.
Baca Juga: 5 Fakta Penting Skizofrenia yang Masih Disalahpahami
Selain Puji, ada juga Hartono. Pria berusia 39 tahun itu juga turut menggambar sebuah sepeda motor.
Ide tersebut sebagaimana hobinya sebelum masuk ke rumah sakit jiwa. Hartono mengatakan, dirinya sempat menjadi pembalap motor.
"Dulu sempat menjadi pembalap, saya sempat terjatuh dan mengalami luka-luka di tangan dan kaki," terang Hartono.
Ketua Panitia Kegiatan, dr Adriesti Herdaetha, Sp.KJ menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran bahwa skizofrenia itu juga manusia.
Maka kalau sebagai orang normal sudah sewajarnya peduli terhadap keberadaan mereka.
"Dalam rangka Hari Skizofrenia Sedunia, kami mengadakan pekan peduli Skizofrenia. Dengan kepedulian kita, mereka juga bisa menjadi orang yang berguna," jelas Etha.
Menurutnya, selama ini di masyarakat sudah ada stigma bahwa seorang dengan Skizofrenia tidak bisa apa-apa dan menjadi korban pasung.
Maka dari itu, Etha berharap, dengan adanya pekan peduli Skizofrenia ini muncul kepedulian terhadap keberadaan orang yang menderita skizofrenia, di mana, mereka mengalami gangguan jiwa berat.
"Tujuan kita adalah membangkitkan kepedulian terhadap penderita skizofrenia. Kegiatan ini bukan bukan untuk pasiennya, tapi orang-orang di sekitarnya. Agar lebih peduli terhadap keberadaan mereka," pungkasnya.
Kontributor : Ari Purnomo