Suara.com - Bukan hal mudah bagi seorang wanita muda seketika dinyatakan menopause setelah baru saja menikmati harinya sebagai ibu baru.
Seperti kisah Sima Davarian, wanita asal Inggris usia 34 tahun yang langsung mengalami menopause setelah beberapa saat melahirkan puteri kecilnya.
Kepiluan Sima Davarian bermula dari kondisi kesehatannya di usia kehamilan 35 minggu.
Saat itu Sima melihat ada gumpalan darah keluar dari tubuhnya ketika pergi ke toilet dan ia mengira itu hanya sebatas gangguan kehamilan biasa.
Baca Juga: Redakan Gejala Menopause dengan Akupunktur, Ampuhkah?
Tetapi, Sima seketika menjadi kahwatir ketika mendapati ada sebuah benjolan di duburnya dan bergegas pergi ke rumah sakit untuk melakukan biopsi.
Hasil biopsi menyatakan Sima menderita kanker usus stadium tiga.
Lima hari setelah mengetahui kanker usus, Sima melahirkan anak perempuannya melalui operasi caesar dan merasakan kebahagiaan luar biasa bisa melihat puteri kecilnya.
Setelah melahirkan, Sima langsung menjalani berbagai perawatan kemoterapi, radiasi dan lainnya untuk mengatasi serta mengangkat kanker ususnya.
Berbagai macam pengobatan kanker usus itu membuat Sima merasa lelah secara fisi dan mental. Apalagi ia baru saja menikmati kebahagiaannya sebagai ibu muda.
Baca Juga: Sering Masuk Shift Malam, Risiko Perawat Alami Menopause Dini Meningkat
"Semua orang terkejut dengan diagnosis itu. Semua orang di sekitar saya terkejut, keluarga, teman hingga rekan kerja semua selalu mengira saya sehat," ujar Sima dikutip dari metro.co.uk.
Saat itu dokter memang memberikan jeda waktu untuk Sima menikmati kesehariannya sebagai ibu yang merawat dan bermain bersama anaknya sebelum menjalani pengobatan kanker ususnya.
Satu hal yang membuat Davarian tak menyangka, penyakit kankernya telah membuatnya mengalami menopause lebih dini yang artinya dia tidak akan megandung seorang anak lagi.
"Itu nyata dan traumatis. Sangat sulit untuk menjadi ibu baru dalam situasi seperti itu," tuturnya.
Sima pun ingat betul bagaimana proses tim medis mengangkat semua penyebab kankernya selama 6 jam. Meskipun risiko dari semua pengobatan itu sangat sulit, Sima tak punya pilihan lain selain mendengarkan saran dokter.
Setelah selesai dengan kanker ususnya, dokter kembali menemukan sel-sel kanker di kelenjar getah bening Sima. Hal ini semakin membuat Sima merasa berada di dalam kondisi terburuk.
"Kemoterapi telah menghancurkan kehidupanku. Itu adalah pekerjaan keras hanya untuk bagun pagi dan semua pengobatan ini merusak sistem kekebalan tubuhku hingga kehabisan tenaga," ujarnya.
Kondisinya yang lemah, membuat hati Sima merasa semakin sedih melihat suaminya harus bertukar posisi menemani dan merawat anaknya, Mathilda semalaman.
Kini, kondisi Sima sudah berangsur pulih dan ia ingin sekali banyak orang tahu soal dampak kanker usus di usia bawah 40 tahun.
Di sisi lain, Sima juga masih berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak bisa merasakan kehamilan atau memiliki anak lagi setelah tindakan operasi kankernya.