Saat itu dokter memang memberikan jeda waktu untuk Sima menikmati kesehariannya sebagai ibu yang merawat dan bermain bersama anaknya sebelum menjalani pengobatan kanker ususnya.
Satu hal yang membuat Davarian tak menyangka, penyakit kankernya telah membuatnya mengalami menopause lebih dini yang artinya dia tidak akan megandung seorang anak lagi.
"Itu nyata dan traumatis. Sangat sulit untuk menjadi ibu baru dalam situasi seperti itu," tuturnya.
Sima pun ingat betul bagaimana proses tim medis mengangkat semua penyebab kankernya selama 6 jam. Meskipun risiko dari semua pengobatan itu sangat sulit, Sima tak punya pilihan lain selain mendengarkan saran dokter.
Baca Juga: Redakan Gejala Menopause dengan Akupunktur, Ampuhkah?
Setelah selesai dengan kanker ususnya, dokter kembali menemukan sel-sel kanker di kelenjar getah bening Sima. Hal ini semakin membuat Sima merasa berada di dalam kondisi terburuk.
"Kemoterapi telah menghancurkan kehidupanku. Itu adalah pekerjaan keras hanya untuk bagun pagi dan semua pengobatan ini merusak sistem kekebalan tubuhku hingga kehabisan tenaga," ujarnya.
Kondisinya yang lemah, membuat hati Sima merasa semakin sedih melihat suaminya harus bertukar posisi menemani dan merawat anaknya, Mathilda semalaman.
Kini, kondisi Sima sudah berangsur pulih dan ia ingin sekali banyak orang tahu soal dampak kanker usus di usia bawah 40 tahun.
Di sisi lain, Sima juga masih berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak bisa merasakan kehamilan atau memiliki anak lagi setelah tindakan operasi kankernya.
Baca Juga: Sering Masuk Shift Malam, Risiko Perawat Alami Menopause Dini Meningkat