Selain itu, dalam satu tahun, TB resisten obat menyebabkan kerugian setidaknya USD 3 miliar dalam hal paritas daya beli karena absen kerja di sekitar 100 negara yang datanya tersedia.
Yang mengkhawatirkan, laporan tersebut menyatakan bahwa hal tersebut merupakan estimasi konservatif dan tidak memasukkan dampak ekonomi setiap tahun akibat absen kerja dari sekitar 400.000 orang dengan DR-TB yang tidak terdiagnosis dan terobati, atau diperkirakan hampir 70.000 kematian akibat DR-TB yang tidak terdokumentasi.
"Laporan EIU tersebut selayaknya meningkatkan kekhawatiran terhadap DR-TB. Jika penyakit ini terus dibiarkan tidak terkendali, kerusakan pada kehidupan manusia dan perekonomian dapat sangat merugikan. Mengaktifkan isu terkait penyakit ini mengharuskan kita untuk bertindak segera. Dengan bekerja sama melalui cara-cara baru dan dengan tingkat urgensi yang nyata, kita dapat mengakhiri ancaman yang mematikan yang ditularkan melalui udara ini," ungkap Jaak Peeters, Global Head, Johnson & Johnson Global Public Health, Janssen-Cilag GmbH.
Diperkirakan butuh dana sampai USD 9 miliar dolar untuk melalukan penelitian dan pengembangan pada tahun 2020 yang dipergunakan untuk mengembangkan obat-obatan, diagnostik, dan vaksin baru TB resisten obat.
Baca Juga: Obat TBC Resisten Bisa Picu Gangguan Psikis, Ini Penjelasan Dokter