Heboh di Singapura, Ini Cara Penularan, Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 13 Mei 2019 | 12:44 WIB
Heboh di Singapura, Ini Cara Penularan, Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet
Monkeypox atau cacar monyet. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cacar monyet atau monkeypox merupakan penyakit langka yang tidak biasanya ditemukan di luar Afrika. Namun otoritas kesehatan Singapura baru-baru melaporkan adanya kasus cacar monyet pertama yang ditemukan di negara tersebut.

Kasus cacar monyet ditemukan pada seorang lelaki asal Nigeria, yang diduga terinfeksi di negaranya sebelum masuk ke Singapura.

Hal ini menjadikan Singapura sebagai negara keempat di luar benua Afrika selain Amerika Serikat, Inggris, dan Israel yang melaporkan adanya kasus cacar monyet.

Baca Juga: Hamil, Kartika Putri Stres Malah Kena Cacar Air

"Meski risiko penularan manusia ke manusia sangat rendah, Kementerian Kesehatan saat ini sudah mengambil langkah-langkah pencegahan yang dperlukan," demikian pernyataan dari otoritas kesehatan Singapura, dilansir Reuters.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi 23 orang yang melakukan kontak dengan lelaki Nigeria tersebut saat berada di Singapura.

Diyakini, lelaki tersebut terinfeksi cacar monyet setelah mengonsumsi daging hewan liar dalam sebuah pesta pernikahan di Nigeria. Daging hewan liar yang berasal dari simpanse, gorilla, rusa, burung, ataupun tupai merupakan menu lazim di Afrika.

Penyakit cacar monyet sendiri tergolong sangat langka. Virus cacar monyet memiliki hubungan erat dengan virus cacar (smallpox) yang sudah dieradikasi sejak 1980-an.

Perawat Pasien Cacar Monyet Berisiko Tertular
Dilansir dari Daily Mail, Public Health England (PHE) juga pernah mengonfirmasi bahwa seorang lelaki telah didiagnosis dengan kondisi ini sebagai kasus pertama di Inggris. Lelaki yang tak diketahui namanya itu diyakini mendapat virus monkeypox dari negara asalnya, Nigeria.

Baca Juga: Kartika Putri Terkena Cacar Air Saat Hamil Muda, Begini Kondisinya!

Earl Brown, seorang profesor virologi di Brown University mengatakan pegawai rumah sakit yang merawat pasien tersebut sangat berisiko terkena virus mematikan tersebut.

Ini dikarenakan penyakit tropis cacar monyet sangat cepat menginfeksi mereka yang bersentuhan dengan penderita.

Cacar monyet alias monkeypox ditemukan di Singapura. (Shutterstock)
Cacar monyet alias monkeypox ditemukan di Singapura. (Shutterstock)

Perlu diketahui bahwa cacar monyet mirip cacar air. Virus ini menyebar melalui air liur, urin, dan juga feses. PHE menjelaskan, infeksi ini akan menyebar ketika seseorang bersentuhan dengan mereka yang terinfeksi.

Ketika mereka dirawat di rumah sakit, pasien dan staf rumah sakit sangat mungkin tertular penyakit ini.

Menurut Dr Michael Jacobs, direktur klinis infeksi di Royal Free Hospital, cacar monyet merupakan kondisi ringan yang akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memiliki efek jangka panjang pada kesehatan seseorang.

"Kebanyakan orang akan sembuh dalam beberapa minggu. Ini adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus monkeypox. Dilaporkan, penyakit ini berasal dari negara Afrika Tengah dan Barat", ungkapnya panjang lebar.

Cara Penularan, Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet
Di sisi lain, Dr Michael Jacobs mengatakan cacar monyet tidak mudah menyebar dan risiko penularan ke masyarakat luas sangatlah rendah.

Dr Nick Phin, wakil direktur Layanan Infeksi Nasional di PHE juga membenarkan pernyataan tersebut. Ia menambahkan bahwa cacar monyet tidak menyebar dengan mudah di antara orang-orang.

Untuk gejala awal yang bisa terjadi pada pasien cacar monyet meliputi demam, sakit kepala, dan munculnya pustula atau bintik merah di sekujur tubuh.

Dilansir dari WHO, masa inkubasi (interval dari infeksi hingga timbulnya gejala) cacar monyet biasanya dari 6 hingga 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.

Infeksi dapat dibagi menjadi dua periode:

1. Periode Invasi (0-5 hari)
Pada periode ini, penderita biasanya mengalami demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia intens (kekurangan energi).

2. Periode Erupsi kulit (1-3 hari setelah munculnya demam).
Di saat periode ini berlangsung, ruam sering muncul di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lain.

Beberapa pasien mengalami limfadenopati berat (kelenjar getah bening yang membengkak) sebelum munculnya ruam yang merupakan ciri khas monkeypox dibandingkan dengan penyakit serupa lainnya.

Ilustrasi beberapa ekor monyet. [Shutterstock]
Ilustrasi: Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan penemuan penderita cacar monyet yang dialami seorang lelaki asal Nigeria yang tiba di negara tersebut pada 28 April, dan dinyatakan positif terjangkit virus tersebut pada 8 Mei 2019. [Shutterstock]

Untuk diketahui, kondisi ini pertama kali terlihat pada monyet yang digunakan untuk penelitian pada 1958. Kemudian, muncul laporan kasus pertama penyakit cacar monyet terjadi di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Lalu di Amerika Serikat pada 2003 dan Inggris pada September 2018.

Cacar monyet biasanya terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, biasanya hewan pengerat atau manusia yang terinfeksi virus.

Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka akibat luka, saluran pernapasan, mata, hidung dan mulut.

Penularan dari orang ke orang dapat terjadi jika seseorang menggunakan tempat tidur atau handuk dari orang yang terinfeksi, kontak langsung, atau terkena batuk atau bersin dari penderita.

Untuk mencegah penularan virus cacar monyet dianjurkan untuk menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum dan setelah makan, serta pastikan mengonsumsi makanan sehat agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit, termasuk cacar monyet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI