Masih Ada 12 Persen Anak Indonesia yang Belum Dapat Imunisasi Lengkap

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 01 Mei 2019 | 18:20 WIB
Masih Ada 12 Persen Anak Indonesia yang Belum Dapat Imunisasi Lengkap
Imunisasi rutin lengkap dilakukan hingga anak usia sekolah dasar. (Dok. Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masih Ada 12 Persen Anak Indonesia yang Belum Dapat Imunisasi Lengkap

Imunisasi Rutin Lengkap merupakan jaminan bagi kesehatan anak. Sayangnya, data terbaru dari Kementerian Kesehatan menyebut masih ada sekitar 12 persen anak di Indonesia yang belum mendapatkannya.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan imunisasi rutin lengkap bisa membuat anak terhindar dari penyakit berbahaya seperti campak, rubella, polio, hingga hepatitis.

"Sebaran anak yang belum imunisasi lengkap ini hampir di semua daerah di Indonesia ada. Tapi proporsi terbesar ada di Indonesia bagian Timur," katanya saat Pekan Imunisasi Dunia di gedung Kemenkes, Jakarta, baru-baru ini, dikutip dari SehatNegeriku.

Baca Juga: Italia Larang Anak yang Tak Diimunisasi untuk Masuk Sekolah

Perlu diketahui, imunisasi rutin lengkap tidak berhenti sampai anak usia 11 bulan, tetapi sampai anak usia sekolah dasar. Sehingga imunisasi rutin lengkap bukan sekadar melanjutkan pemberian imunisasi, tapi menguatkan bahwa anak usia sekolah dasar bisa diberikan perlindungan optimal.

Jenis imunisasi rutin lengkap yang diberikan adalah:

- bayi berusia kurang dari 24 jam berupa imunisasi Hepatitis B (HB-0)
- usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1)
- usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2)
- usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3)
- usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik)
- usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR),
- bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR)
- kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR)
- serta anak kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).

Di samping itu, terdapat tantangan untuk mencapai 95% cakupan imunisasi lengkap. dr. Anung membagi tantangan tersebut menjadi 2 macam, yakni tantangan di masyarakat dan tantangan di tenaga kesehatan atau sistem pelayanan kesehatan.

Dinas Kesehatan Menteng memberikan imunisasi Measleas Rubella (MR) kepada sejumlah murid Sekolah Dasar (SD) di SDN Menteng 02, Jakarta, Jumat (4/8).
Imunisasi dasar lengkap dilakukan hingga anak usia sekolah dasar. (Dok. Suara.com)

“Tantangan di masyarakat saya gunakan istilah miss opportunity, misalnya sang anak harus ditimbang hari ini, pada saat ditimbang anak tersebut batuk pilek sehingga tidak dapat diimunisasi,” katanya.

Baca Juga: Kemenkes: Imunisasi Campak Rubella Masuk Imunisasi Rutin Lengkap

Terkait tantangan di tenaga kesehatan, dr. Anung menjelaskan, terkadang tenaga kesehatan yang akan memberikan vaksin, misalnya vaksin BCG 1 vial cukup untuk 10 anak, tapi yang datang hanya seorang anak. Artinya masih ada sisa vaksin untuk 9 anak yang tidak terpakai.

"Itu miss opportunity, padahal imunisasi itu ditentukan oleh waktu dan ditentukan oleh jenisnya. Jadi kalau misalnya pemberian imunisasi BCG mundur-mundur sampai 3 bulan, dan anak baru imunisasi BCG kita khawatir itu (pemberian vaksin BCG) tidak maksimal karena anaknya sudah terkontaminasi hal lain," ucapnya.

Maka dari itu, untuk menghadapi tantangan itu perlu kerja sama yang tidak hanya pemerintah saja, melainkan melibatkan media untuk membantu memberikan pemahaman tentang imunisasi kepada masyarakat.

"Kita akan terus mengupayakan pemahaman masyarakat. Kita juga akan meningkatkan mutu dan layanan bagi masyarakat. Media punya peran strategis untuk hal semacam itu," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI