Ajarkan Anak Puasa Ramadan, Bunda Wajib Perhatikan Hal-hal Ini Ya!

Senin, 29 April 2019 | 16:34 WIB
Ajarkan Anak Puasa Ramadan, Bunda Wajib Perhatikan Hal-hal Ini Ya!
Ilustrasi mengajarkan anak puasa. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ajarkan Anak Puasa Ramadan, Bunda Wajib Perhatikan Hal-hal Ini Ya!

Meski belum diwajibkan berpuasa, orang tua bisa mulai melatih anak sejak dini menjalankan ibadah wajib di bulan Ramadan ini.

Menurut dr. Juwalita Surapsari, M. Gizi, Sp.GK, dokter spesialis gizi klinik RS Pondok Indah – Pondok Indah, sebelum melatih anak berpuasa penuh, maka perhatikan dulu status gizi anak.

Pada anak dengan berat badan yang tergolong kurang, maka jangan dipaksa untuk melakukan puasa sehari penuh karena anak cenderung tidak memiliki cadangan energi. Usia yang tepat untuk mulai melatih anak berpuasa, kata dia bisa dimulai pada tujuh tahun dengan durasi setengah hari terlebih dulu.

Baca Juga: Anak Puasa Setengah Hari, Ussy Sulistiawaty Tetap Bangga

"Anak-anak bisa dilihat dulu status gizinya gimana. Baik atau engga. Ada anak-anak yang status gizinya kurang. Pada kondisi itu jangan dipaksa puasa sehari penuh karena dia tidak bisa mendeteksi warning sign," ujar dr Juwalita dalam temu media di Jakarta, Senin (29/4/1019).

Pada prinsipnya dr Juwalita menambahkan, orang tua harus memahami kondisi anak. Ketika ingin membangunkan pastikan jangan terlalu dekat dengan waktu imsak.

Pasalnya anak butuh menyesuaikan diri untuk makan di waktu dini hari.

"Prinsipnya bangunin anak nggak boleh dadakan. Mana ada anak bangun langsung makan. Bangunin minimal sejam sebelum sahur. Ajak anak terlibat dalam nyiapin makanan atau bisa kita ajak ngomong sehingga ketika diajak sahur, mood sudah bagus," ujarnya.

Baca Juga: Begini Cara Tika Ramlan Ajari Anak Puasa

Lalu menu sehat seperti apa yang cocok untuk anak? Dr Juwalita mengatakan seperti orang dewasa, menu sahur anak juga harus lengkap.

Jangan berikan roti dengan isian selai cokelat saja sebagai menu sahur karena dapat membuat anak cepat lemas di siang hari.

Ilustrasi anak sahur bersama orang tua. (shutterstock)
Ilustrasi anak sahur bersama orang tua. (shutterstock)

Alasannya kata dia, roti dan selai mengandung indeks glikemiks yang tinggi. Makanan dengan indeks glikemiks tinggi, kata dr Juwalita bisa menaikkan gula darah lebih cepat namun cepat pula dalam menurunkannya sehingga dapat membuat anak mudah lapar.

"Jadi kalau mau makan roti ganti isiannya jangan selai. Bisa telur kek atau roti dipotong celupin ke telur lalu dipanggang. Sekali makan ada karbo dan protein. Kalau anak mau, bisa tambahin susu biar bekal ada karbo, portein dan susu sebagian ada seratnya juga," imbuhnya.

Selain itu orang tua juga perlu memberi pemahaman pada anak jika sewaktu-waktu mengalami berbagai kondisi seperti sakit kepala atau dehidrasi. Orang tua juga bisa mendeteksi pembuluh nadi anak, ketika berdetak sangat cepat bisa jadi tanda anak mengalami dehidrasi atau hipoglikemi.

"Anak dikasi pemahaman kalau pusing kasih tahu ya dek. Kita juga bisa rasain nadinya kalau cepet takutnya dehisdasi atau hipoglikemi. Kalau mulai ada keluhan menggangu nadi akan berdetak cepat. Lalu bertahap kalau anak ok baru diajari puasa penuh. Prinsipnya sama dengan orang dewasa," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI