Bangun Siang di Akhir Pekan Tidak Bisa Membayar Kekurangan Tidur

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 25 April 2019 | 13:50 WIB
Bangun Siang di Akhir Pekan Tidak Bisa Membayar Kekurangan Tidur
Ilustrasi bangun siang di akhir pekan untuk menebus kekurangan waktu tidur. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seringkali seseorang memilih untuk bangun siang di akhir pekan dengan maksud untuk menebus kekurangan tidur yang dialaminya di hari kerja. Namun, cara tersebut ternyata salah. Sebuah penelitian baru menyebutkan bahwa tidur panjang di akhir pekan tidak dapat menggantikan waktu tidur yang kurang sebelumnya.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa sekitar sepertiga dari semua orang dewasa di Amerika Serikat tidak memenuhi ambang batas yang disarankan untuk waktu tidur, yang dinyatakan oleh pedoman CDC setidaknya 7 jam per malam.

Kurang tidur dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk gangguan tidur. Tetapi sering kali kurang tidur disebabkan oleh stres sehari-hari, terlalu banyak pekerjaan, atau kehidupan yang sibuk.

Ada hubungan yang kuat antara kurang tidur dan peningkatan risiko terhadap gangguan metabolisme tertentu, termasuk obesitas, diabetes, dan masalah kardiovaskular.

Baca Juga: Ahli Tidur dari Australia Sebut Netflix Sebabkan Orang Kurang Tidur

Sebelumnya, dalam Journal of Sleep Research, disebutkan bahwa utang tidur dapat dibayar dengan tidur panjang di akhir pekan. Namun, sebuah studi baru yang temuannya muncul di Current Biology, bertentangan dengan kesimpulan di atas. Penelitian baru justru menunjukkan bahwa tidur panjang di akhir pekan tidak cukup untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh kurang tidur selama seminggu.

"Pesan utama dari penelitian ini adalah bahwa pemulihan tidur di akhir pekan tampaknya bukan strategi yang efektif untuk membalikkan gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kurang tidur," kata pemimpin studi Kenneth Wright dari Universitas Colorado Boulder.
 
Dalam penelitian ini, peneliti merekrut 36 peserta dewasa muda yang sehat dan membaginya menjadi tiga kelompok:
- kelompok yang hanya akan tidur 5 jam per malam sepanjang minggu dan akhir pekan
- kelompok yang akan tidur 5 jam per malam sepanjang minggu, diikuti oleh tidur yang tidak dibatasi pada akhir pekan, dan kemudian 2 malam dari tidur 5 jam
- kelompok kontrol, yang anggotanya dapat tidur hingga 9 jam setiap malam selama minggu dan akhir pekan

Para peneliti menemukan bahwa semua peserta yang harus membatasi tidur mereka selama seminggu mengalami kebiasaan ngemil setelah makan malam, yang juga menyebabkan kenaikan berat badan.

Namun, peserta studi yang menikmati tidur panjang di akhir pekan mengasup lebih sedikit kalori saat ngemil setelah makan malam dibandingkan mereka waktu tidurnya terus terbatas.

Namun demikian, bahkan setelah memiliki kesempatan untuk tidur di akhir pekan, orang-orang yang kembali ke pola tidur terbatas selama seminggu terus mengalami disregulasi pada jam tubuh mereka. Mereka melanjutkan kebiasaan ngemil setelah makan malam dan terus menambah berat badan.

Baca Juga: Survei Sebut Masyarakat Dunia Semakin Kurang Tidur

Dan dalam hal perubahan metabolisme spesifik, para peneliti memerhatikan bahwa partisipan yang membatasi tidur mereka setiap malam memiliki sensitivitas insulin yang lebih rendah, yaitu mengalami penurunan sekitar 13 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI