Gangguan Jiwa Bukan Halangan Lelaki Ini Luncurkan Lima Novel

Rabu, 24 April 2019 | 17:40 WIB
Gangguan Jiwa Bukan Halangan Lelaki Ini Luncurkan Lima Novel
Saka Rosanta, eks pasien gangguan jiwa yang menuliskan lima novel. (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selain istri, Saka juga berterima kasih telah bertemu Rumah Berdaya yakni sebuah rehabilitasi psikosial bagi orang dengan skizofrenia (SDO) atau ODGJ di bawah naungan dinas sosial Denpasar bekerjasama dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI).

Menurut Saka di Rumah Berdaya ia dan teman-teman skizofrenia lainnya dirawat seperti bayi hingga menemukan jati diri sendiri.

"Kita disayang sekali disini kaya bayi hingga tumbuh dan menemukan jati diri. Saya ketemunya di media sosial. Minta dibantu pengobatan. Dulu penasaran karena saya sering ngamuk-ngamuk di rumah sampai hampir lumpuh nggak bisa jalan. Tapi sekarang bisa karena dibantu di sini," tambah dia.

Baca Juga: Lagi Musim Hujan, Kemenkes Minta Masyarakat Waspadai Penyakit Ini

Dalam kunjungan lapangan tematik di Bali, Rabu (24/4/2019), Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pun sempat berinteraksi dengan Saka. Bahkan seluruh novel Saka diborong habis oleh Menkes Nila. Raut kegembiraan pun terpancar dari wajah Saka.

Saka Rosanta, eks pasien gangguan jiwa yang menuliskan lima novel. (Suara.com/Firsta Nodia)
Menkes Nila Moeloek bertemu Saka Rosanta, eks pasien gangguan jiwa yang menuliskan lima novel. (Suara.com/Firsta Nodia)

Saka berharap bahwa nantinya kelima novel yang telah dibuatnya bisa dicetak dalam jumlah banyak. Ia ingin membuktikan bahwa meski pernah menyandang status sebagai orang dengan skizofrenia, ia tetap bisa berkarya.

"Mudah mudahan bisa diterbitkan sehingga ke depan saya bisa bekerja lagi. Tidak hanya jadi file yang tidak berguna," tutup ayah dari dua anak ini.

Dalam kesempatan yang sama, dr I Gusti Rai Wiguna, SpKJ, selaku salah satu pendiri Rumah Berdaya mengatakan pengobatan oral tidak cukup dalam mengatasi penyakit ini. Orang dengan skizofrenia juga membutuhkan rehabilitasi dan interaksi sosial bersama orang lain.

"Kalau tempat lain masing-masing bikin sendiri. Kami disini kerjasama jadi kerja gotong royong. Ini hilir artinya di akhir kami ingin menunjukkan dengan terapi yang baik, kesempatan yang baik, dukungan keluarga yang baik, teman-teman bisa kembali baik," tandasnya.

Baca Juga: Minimalisir Stres Pasca Pemilu pada Caleg, Ini Antisipasi Kemenkes

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI