Penting, Begini Cara Mengajarkan Anak Menerima Kekalahan

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 19 April 2019 | 17:32 WIB
Penting, Begini Cara Mengajarkan Anak Menerima Kekalahan
Ilustrasi anak kalah main catur. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penting, begini cara mengajarkan anak menerima kekalahan.

Anda yang punya anak usia prasekolah, pasti tahu betapa kompetitifnya mereka. Bukan hanya tak mau kalah dari teman-temannya, mereka juga tak bisa menerima kekalahan, yang seringkali diekspresikan dengan marah ataupun menangis.

Ya, anak-anak memang selalu ingin menang, mulai dari hal sepele seperti siapa yang lebih dulu menghabiskan makanannya, siapa yang pertrama tiba di sekolah, hingga soal siapa yang bisa berayun paling tinggi di ayunan. "Anak-anak hanya tahu bahwa menang itu menyenangkan," demikian dikatakan Eileen Kennedy-Moore, Ph.D., Parents Advisor sekaligus penulis buku Smart Parenting for Smart Kids, seperti dilansir dari laman Parents.

Karena berpikir bahwa memang itu menyenangkan, beberapa anak mungkin akan terdorong untuk melakukan hal-hal curang, yang merugikan teman-temannya. Bagaimana cara Anda menyikapinya?

Baca Juga: Orangtua, Begini Cara Mendidik Anak Agar Tak Berbohong

"Anda dapat mengatakan pada anak, 'Kamu tahu tindakan (curang) seperti itu akan membuat kalah temanmu. Bagaimana kalau kamu yang diperlakukan seperti itu?'" kata Dr. Kennedy-Moore.

Kemudian, mengajarkan anak untuk menerima kekalahan juga akan lebih mudah jika anak dibiasakan untuk menghargai usaha daripada hasil akhir. Salah satu contohnya, memuji anak ketika ia melakukan usaha yang baik. Misalnya, "Waktu lomba lari kemarin, kamu baik banget mau membantu temanmu yang sempat jatuh."

Meski demikian, jiwa kompetitif juga tak selalu buruk, dan persaingan pada anak-anak biasanya dimulai dengan persaingan antar kakak dan adik. "Persaingan sangat penting untuk perkembangan anak - interaksi ini adalah mikrokosmos dari bagaimana dia akan menanggapi persaingan serupa di dunia luar," kata Hilary Levey Friedman, Ph.D., seorang sosiolog dari Harvard sekaligus penulis Playing to Win : Raising Children in a Competitive Culture.

Bersaing itu sendiri bukanlah hal yang negatif, tetapi belajar bagaimana menerima kemenangan atau kekalahan dengan sportif membutuhkan latihan. "Untuk anak-anak prasekolah, memainkan permainan yang dibuat semakin kompleks, akan membantu mereka mengalami persaingan dengan cara yang positif," kata Dr. Kennedy-Moore.

Mulailah dengan mengajak anak untuk mengalahkan dirinya sendiri. Maksudnya seperti ini, "Anak-anak prasekolah suka stopwatch, karena mereka juga hanya belajar tentang konsep waktu," kata Dr. Kennedy-Moore.

Baca Juga: Cerita Mayangsari Soal Mendidik Anak di Era Teknologi Maju

Anda dapat menyarankan satu atau dua tantangan, misalnya, seberapa cepat dia bisa berlari ke pohon itu dan kembali? Bisakah dia membaca alfabet lebih cepat hari ini daripada yang dia lakukan kemarin? Ajari anak bahwa menang adalah tentang menjadi diri terbaiknya dan selalu ada ruang untuk perbaikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI