Suara.com - Minimalisir Stres Pasca Pemilu pada Caleg, Ini Antisipasi Kemenkes
Stres pasca pemilu bisa saja terjadi pada calon legislatif (Caleg) yang gagal meraup suara terbanyak.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan RI, dr. Fidiansjah, Sp.KJ, mengatakan hal tersebut akan menjadi perhatian Kemenkes.
Ia menjelaskan penyebab stres yang terjadi pada setiap individu tidak bisa diprediksi. Yang jelas, begitu daya tahannya rapuh, konsep dalam diri seseorang terjadi suatu gejolak antara cita-cita dan harapan, lalu realitas tak terpenuhi.
Baca Juga: Ini Daftar Caleg dan Kader Parpol yang Terjaring OTT Money Politics
"Orang-orang yang rapuh menghadapi antara realitas dengan kenyataan bukan hanya pada pemilu. Tapi terjadi di semua kondisi. Untuk itu, prinsipnya di dalam penyeleksian pasti mengalami kemenangan atau kegagalan. Maka kesiapan menerima kenyataan karena tidak sesuai yang diharapan harus bisa menerima. Prinsip pertamanya itu siap kalah dan menang," kata dr. Fidi, sapaan dr. Fidiansjah, dalam rilis yang diterima Suara.com.
Ketika Caleg mengatakan proses ingin menjadi calon, kata dr. Fidi itu ada surat keterangan kesehatan termasuk kejiwaan.
Terjadinya stres pasca pemilu dianggapnya sebagai sebuah kejadian yang tidak biasa atau dianalogikan seperti bencana alam yang tidak dapat diprediksi.
Artinya, kejadian tidak lazim termasuk stres pasca Pemilu sama dengan stres pasca bencana. Bencana itu tidak ada yang menduga, hal sama juga pada Pemilu.
"Ini sebuah situasi yang diketahui banyak pihak sebagai sesuatu seperti kejadian yang tidak biasa atau bencana. Proses ini (Pemilu) adalah proses persaingan dan gangguan jiwa itu bisa terjadi dari ringan sampai tingkat berat," imbuhnya.
Baca Juga: RSUD Jombang Siap-siap Terima Pasien Caleg Stres dan Sakit Jiwa
Berapa banyak jumlah Caleg yang akan mengalami stres, dr. Fidi mengaku tidak bisa diprediksi. Namun, sektor kesehatan tetap siaga untuk melayani masalah-masalah yang berhubungan dengan kejiwaan pasca Pemilu serentak ini.
Bahkan semua rumah sakit, kata dia, sudah diberikan arahan untuk menyiapkan, bahkan mencoba melakukan pengumpulan data berkaitan dengan gangguan jiwa.
"Ini situasi yang saya katakan pada dasarnya rumah sakit, seperti rumah sakit jiwa, siap dengan kejadian yang tidak biasa ini. Tapi, langsung melakukan sebuah penyesuaian, misalnya rumah sakit umum, Puskesmas, semuanya diberdayakan," tutup dr. Fidi.