"Tapi kalau saya yakin ini penting, sepadan, saya lagi ngga pusing dan kayaknya bisa bertahan sampai "perangnya selesai", dan kalau saya sanggup ngejelasin anaknya ngerti maksud saya then i will go for it.
"Tapi kalau saya ngga mampu bikin dia paham, Cuma bikin anak nangis dan kita marah artinya ga efektif. Anak ga belajar apa apa dan kita juga cuma marah2 gajelas aja. Ga selesai. Mending gausah," sambungnya.
Di sisi lain, Maya Septha mengaku tidak ingin menegur hanya untuk membuat anaknya menangis dan ia hanya membuang tenaga untuk marah-marah tanpa kejelasan. Karena, kondisi tersebut tidak memberi pelajaran apapun bagi anak maupun orang tua sendiri.
Maya Septha juga berusaha selalu menegur ketiga anaknya sesuai dengan karakter dan usia masing-masing. Karena cara mendidik anak satu dengan lainnya selalu berbeda sesuai dengan daya tangkap mereka masing-masing.
Baca Juga: Kiat-kiat Parenting dalam Mengawasi Anak yang Suka Main Game
"Tujuan kita menegur supaya anak belajar sesuatu. Supaya anak ngerti benar salah. Supaya kita punya kesepakatan. Bukan utk melampiaskan emosi. Kadang kita jadi ortu suka khilaf. Jangan lupa menimbang marah kita sesuai ngga dengan salahnya anak. Dan umurnya sesuai ngga sama ekspektasi kita," tandasnya. (Himedik.com/Shevinna Putti Anggraeni)