Suara.com - Agar Tak Ada Lagi Kasus Audrey, Sosiolog : Tanamkan Nilai Anti Kekerasan
Kasus pengeroyokan yang menimpa Audrey, siswa SMP 14 tahun di Pontianak, Kalimantan Barat, masih menjadi perhatian banyak pihak. Tindakan keji para pelaku membuat publik penasaran, mengapa mereka tega melakukan tindakan kekerasan itu kepada orang yang lemah.
Mengamati perilaku kekerasan yang dilakukan pengeroyok Audrey, Daisy Indira Yasmine, M.Si., dosen sosiologi Universitas Indonesia mengatakan, kurangnya nilai-nilai anti kekerasan yang ditamankan kepada anak, membuat pelaku anak melalakukan tindakan yang melanggar terhadap korbannya.
"Mungkin dalam keluarga belum ada sosialisasi yang ketat terhadap perilaku kekerasan terhadap anak. Sehingga mereka mudah saja menyerang siapa saja yang tidak mereka suka atau membuat mereka tidak senang," ujar Daisy dalam forum Ngobras, Senin (15/4/2019) di Jakarta Pusat.
Baca Juga: Kebiasaan Orangtua yang Berdampak Buruk bagi Perilaku Anak
Lebih lanjut ia menyebut ada beberapa nilai anti kekerasan yang harus ditanamkan kepada anak agar mereka tidak kasar, agresif, dan mem-bully. Seperti nilai kepedulian sosial, menghormati orang lain, toleransi, bekerja sama, dan masih banyak lagi.
"Di samping itu, orangtua tidak boleh sedikitpun mendukung kegiatan kekerasan yang dilakukan anak dalam bentuk apapun. Termasuk verbal, teks, dan fisik," lanjutnya.
Untuk menanamkan nilai anti kekerasan orang tua harus bekerjasama dengan sekolah dan komunitas, agar semua pihak bersinergi menciptakan lingkungan yangan baik di sekitar anak-anak yang bersih dari kekerasan.
"Sekarang ada yang namanya organisasi guru dan orangtua murid di sekolah. Oragnisasi ini tujuannya bukan untuk membahas persoalan SPP dan fasilitas saja, tetapi sama-sama bekerja mengajarkan nilai anti kekerasan. Lewat oraganiasi ini orangtua bisa bekerjasama dengan guru," sambungnya.
Lebih lanjut ia berharap, mudah-mudahan dengan adanya kasus Audrey ini, orangtua bisa tersosialisasi untuk mengajarkan nilai anti kekerasan kepada anak.
Baca Juga: Dititip ke TPA Perilaku Anak Berubah, Kenapa Ya Dok?