Kasus Kekerasan Terhadap Audrey, Psikolog Ungkap 2 Pemicu Kekerasan

Vika Widiastuti Suara.Com
Kamis, 11 April 2019 | 16:10 WIB
Kasus Kekerasan Terhadap Audrey, Psikolog Ungkap 2 Pemicu Kekerasan
Justice for Audrey [Suara.com/Ema Rohimah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kedua, dipengaruhi parenting atau pola asuh orangtua. Pada masa kecil si anak, orangtua menyakiti anaknya, menyisakan kepahitan mendalam, melukai hati anaknya. Sehingga di alam bawah sadar anak itu tersimpan kemarahan dan kekecewaan yang terpendam tapi tidak keluar.

Nah, suatu saat di kehidupan pribadinya, di sekolah maupun di mana pun, emosi itu akan keluar. Jadi memang bisa saja ada pengaruh dari pola asuh atau kenangan di masa lalu," paparnya.

Selain itu, tidak adanya pengawasan dan kedisiplinan orangtua karena kurangnya keterampilan mengasuh anak juga berkaitan dengan tingkat kejahatan remaja. Berdasarkan hasil riset tim peneliti ilmu sosial oleh Grald R. Patterson di Oregon Learning Center dilansir HiMedik dari Marri Pedia menyatakan orangtua perlu dan harus mengawasi setiap perbuatan anaknya baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Orangtua harus bisa menanamkan peraturan di rumah, pelanggaran sosial beserta hukumannya dan selalu terbuka untuk diskusi agar konflik tidak berkepanjangan lalu menjadikan orang lain sebagai imbas emosional anak.

Baca Juga: Penganiaya Audrey Selfie di Kantor Polisi, Psikolog: Mereka Ingin Perhatian

Peran orangtua memberi pemahaman yang tepat mengenai peraturan, perilaku menyimpang dan hukuman yang berlaku jika anak melakukan kesalahan.

Didikan orangtua untuk mendisiplinkan anak sangat berpengaruh pada kehidupannya di masa mendatang. Tetapi, orangtua juga harus membangun kedekatan dengan anak agar membuatnya mau terbuka mengenai apapun persoalannya.

Sebab, peraturan dan disiplin ketat yang diterapkan oleh orangtua bisa saja justru meningkatkan peluang anak melakukan tindak kejahatan. Terutama jika anak tersebut tumbuh dalam keluarga broken home atau tidak memiliki salah satu, ayah atau ibu.

Mereka memiliki peluang lebih besar untuk melakukan kejahatan. Begitu pula jika orangtua terlalu memberikan hukuman yang keras pada anaknya ketika melakukan kesalahan.

Hukuman keras dari orangtua hanya akan membentuk anak lebih agresif dan ia bisa saja melakukan tindak kekerasan di kemudian hari sebagai bentuk pelampiasan amarahnya yang terpendam kepada orangtua di masa lalu.

Baca Juga: Psikolog Remaja: Audrey Harus Dibantu, Dibangkitkan Kepercayaan Dirinya

Artinya, orangtua memegang kendali penuh dalam membentuk karakter dan perilaku anak di lingkungan sosial. Karena itu, orangtua harus paham betul dalam membuat peraturan, batasan dan hukuman yang tepat untuk karakter anaknya. (HiMedik.com/Sevinna Putti Angraeni)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI