Kerusakan otak berkurang hingga 80% ketika Hi1a diberikan dua jam setelah stroke, dan bahkan ketika diberikan delapan jam setelah serangan stroke, jumlah kerusakan otak berkurang sekitar 65%.
"Ini adalah jendela peluang yang sangat panjang untuk perawatan, yang menjadikannya sebagai obat yang menjanjikan, karena sekitar 60% pasien stroke tidak mencapai ruang gawat darurat sampai setidaknya dua jam setelah serangan stroke," kata Profesor King.
"Ini akan sangat berguna bagi pasien di daerah pedesaan dan regional, yang perlu melakukan perjalanan lebih jauh untuk mengakses rumah sakit terdekat mereka."
Profesor King dan mitra penelitiannya di The University of Queensland dan Monash University kini telah meluncurkan kampanye untuk mempercepat pengembangan obat ini.
Baca Juga: Maaf Spider-Man, Bio Fiber Ini Lebih Kuat dari Jaring Laba-laba
Jika uji klinis berhasil, Hi1a dapat mengubah pengobatan dan hasil untuk pasien stroke, karena saat ini tidak ada perawatan stroke di pasaran yang dapat melindungi otak.
Saat ini hanya ada satu pengobatan obat yang disetujui untuk stroke yang disebabkan oleh bekuan darah, yang berfungsi untuk menghilangkan bekuan tersebut.
Namun, terapi obat ini juga mengencerkan darah, dan karena itu tidak cocok untuk pasien yang stroke disebabkan oleh perdarahan daripada penyumbatan arteri.
"Jika Hi1a juga terbukti aman untuk pasien dengan stroke yang disebabkan oleh pendarahan otak, itu bisa diberikan di ambulans tanpa perlu pemindaian otak," kata Profesor King.
"Ini akan meminimalkan kematian dan memberikan hasil yang jauh lebih baik bagi para penyintas stroke dalam hal meminimalkan kerusakan otak," tutupnya.
Baca Juga: Restoran Ini Sediakan Burger Laba-Laba Tarantula, Berani Coba?