Ini mungkin termasuk orang yang tidak dapat divaksinasi karena masalah kesehatan, atau mereka yang terlalu kecil untuk disuntik. Meski masih ada kemungkinan kecil bahwa mereka yang telah divaksinasi masih dapat tertular penyakit saat terpapar.
Saat ini, menurut data Save the Children, kira-kira satu dari tujuh anak di seluruh dunia tidak menerima vaksinasi yang bisa menyelamatkan nyawa. Padahal, menurut WHO, vaksinasi dapat mencegah antara dua dan tiga juta kematian setiap tahun.
Serta, 1,5 juta kematian lebih lanjut dapat dicegah jika vaksinasi ditingkatkan pada skala global, organisasi tersebut menambahkan.
Sayangnya, masih begitu banyak orangtua memilih untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka. WHO menganggap banyak orangtua salah menangkap informasi yang beredar dan menjadi ragu soal vaksin.
Baca Juga: Studi Pastikan Vaksin Campak Rubella Tidak Picu Autisme, Ini Alasannya
Banyak rumah sakit menjelaskan bahwa alasan mengapa orang memilih untuk tidak divaksinasi adalah hal yang kompleks, dengan alasan mereka tidak percaya vaksin.
Pada bulan Januari, sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Royal Society for Public Health (RSPH) memperingatkan bahwa media sosial bertindak sebagai tempat 'berkembang biak' untuk informasi yang salah dan berbahaya tentang keamanan vaksin.
Badan amal itu menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang ingin menyebarkan informasi yang menyesatkan dan berbahaya tentang vaksin cenderung lebih menonjol di platform media sosial seperti Facebook daripada dalam bentuk media lainnya.
WHO bahkan baru-baru ini menggambarkan gerakan anti-vaksin sebagai salah satu ancaman terburuk yang dihadapi umat manusia pada tahun 2019.
Baca Juga: Tak Percaya Vaksin, Dokter Ini Mengaku Bisa Palsukan Dokumen Vaksinasi