Risiko Kecanduan di Balik Penggunaan Obat Pereda Nyeri Saraf

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 25 Maret 2019 | 07:05 WIB
Risiko Kecanduan di Balik Penggunaan Obat Pereda Nyeri Saraf
Digunakan tak sesuai fungsi, obat pereda nyeri saraf punya efek samping berbahaya. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Risiko Kecanduan di Balik Penggunaan Obat Pereda Nyeri Saraf

Neuropati merupakan salah satu gangguan pada saraf yang bisa menyerang siapa saja. Lazimnya, penanganan awal neuropati alias nyeri saraf adalah pemberian obat pereda nyeri.

Baru-baru ini, The Sydney Morning Herald merilis hasil investigasinya terhadap perusahaan farmasi Pfizer. Diduga, obat nyeri saraf dengan nama Lyrica buatan Pfizer memiliki risiko bahaya tinggi yang bisa menyebabkan kecanduan hingga keinginan bunuh diri.

Obat dengan nama generik Pregabalin ini awalnya hanya tersedia terbatas di klinik spesialis nyeri. Dosisnya dijaga tetap rendah, karena obat ini diketahui memiliki efek samping yang buruk.

Baca Juga: PCC yang Dijuluki "Pil Zombie" Mulanya untuk Pereda Nyeri

Dilansir Himedik.com, Lyrica kini menjadi salah satu obat yang paling diresepkan di Australia. Lebih dari 4 juta resep untuk pregabalin ditulis pada 2017 hingga 2018, sehingga menelan biaya pemerintah dan konsumen lebih dari Rp 1,7 miliar.

Hal tersebut disusul oleh dampak yang sangat negatif. Penyelidikan yang dilakukan The Age mengungkapkan, pil nyeri saraf Pfizer yang disebut-sebut aman dan tidak membuat ketagihan itu ternyata sangat membuat kecanduan. Obat itu juga berbahaya ketika diminum dengan obat lain dan diikuti berbagai efek samping yang buruk, termasuk pikiran untuk bunuh diri.

Obat ini telah dikaitkan dengan lebih dari 250 kematian akibat overdosis dan enam kasus bunuh diri. Bahkan, menurut sebuah penelitian, lebih dari 85 ribu warga Australia menyalahgunakan pregabalin. Kini para dokter yang prihatin sedang berjuang untuk mengatasi dampak tersebut.

"Sekarang semua orang mengonsumsinya untuk segala kondisi. Saya bekerja seharian melepaskan orang-orang darinya," kata Profesor Rachelle Buchbinder, seorang dokter sakit punggung terkemuka.

Rupanya, menurut investigasi The Sunday Age dan The Sun-Herald, Pfizer telah melakukan upaya yang canggih dan didanai dengan baik untuk memenangkan subsidi pemerintah untuk obat tersebut, kemudian mempromosikannya kepada dokter dan konsumen.

Baca Juga: Haruskah Konsumsi Pereda Nyeri Saat Haid?

"Mereka melakukannya dengan cara yang sangat strategis, yang merangkul semua pihak yang memiliki pengaruh sangat besar. Itu adalah strategi pemasaran yang canggih," kata Lesley Brydon, CEO Painaustralia, organisasi hukum tertinggi untuk nyeri kronis yang diluncurkan untuk mengadvokasi mereka yang terdampak Lyrica.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI