Suara.com - Permasalahan kesehatan saat ini tak hanya menyerang usia tua, tapi mulai bergeser ke usia muda. Pada anak muda, risiko kesehatan tak lepas dari pola hidup tak sehat yang mereka lakukan, seperti merokok, konsumsi alkohol, hingga kebiasaan mengemudi yang ugal-ugalan.
Disampaikan Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, prevalensi merokok di kalangan anak muda meningkat menjadi 9,1 persen di antara usia 10-18 tahun menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Menurutnya, hal ini menjadi angin segar bagi para perusahaan rokok karena konsumen mereka bergeser menjadi lebih muda.
"Karena rokok adiksi ini ada sisi bisnis. Kalau adiksi sejak anak-anak, tentu sampai dewasa akan merokok. Keuntungan di pihak industri luar biasa karena sudah mengikat dari anak-anak sampai tua," ujar Menkes Nila di sela-sela pembukaan Youth Town Hall.
Menkes mengatakan, anak muda harus menyadari bahwa sakit tak selalu menunggu tua. Menurutnya 'mindset' ini yang harus diubah agar mereka mulai menjalani gaya hidup sehat sejak muda.
Baca Juga: Sederhana, Tapi Bando Dian Sastro Ini Harganya Rp 3 Jutaan
Tentu saja, kata Menkes, perubahan ini tak bisa dilakukan Kementerian Kesehatan sendiri. Butuh dukungan lintas sektor untuk membuat anak muda Indonesia memahami pentingnya menjalani gaya hidup sehat.
"Dukungan antar kementerian juga diperlukan. Dalam hal ini saya kira parenting memainkan peranan, KemenPPA juga perlu ambil bagian dalam gerakan ini. Kemendikbud juga harus mengimbau guru-guru agar tidak merokok dan mengawasi anak didiknya," imbuh Menkes.
Menkes mengutip data Litbangkes yang menunjukkan bahwa usia manusia saat ini semakin panjang, yakni 71,4 tahun. Namun di sisi lain prevalensi penyakit katastropik mulai meningkat, salah satunya dipicu merokok.
"Dari data Litbangkes itu fase sehatnya cuma sampai 62 tahun, 8-9 tahun itu kebanyakan sakit-sakitan. Coba hitung, selama 9 tahun itu penyakitnya akibat rokok, seperti paru. Kemudian bisa sakit jantung, berapa biaya yang harus dikeluarkan," tandasnya.