3. Serangan panik
Serangan panik menyebabkan jantung berdetak cepat, gemetar, pusing, keringat berlebihan, dan sesak napas. Mayoritas pasien dengan gangguan ini biasanya pernah mengalami serangan panik nokturnal, yaitu serangan panik yang terjadi selama tidur.
Serangan panik nokturnal dapat mengembangkan gejala insomnia karena pasien merasa takut dan berusaha untuk menghindari tidur.
4. Gangguan bipolar
Baca Juga: Tokopedia Rilis 5 Tren Busana Muslim yang Diincar Jelang Ramadan
Gangguan bipolar menyebabkan seseorang mengalami perubahan mood yang ekstrem, dari depresi (tertekan) ke mania (aktif tidak terkendali). Sebuah studi menunjukkan bahwa selama episode depresi maupun mania, hampir semua pasien merasakan gejala insomnia.
Sama seperti depresi pada umumnya, pasien bipolar yang sedang mengalami episode ini juga tidak bisa tidur dengan tenang. Sementara selama episode mania, kemungkinan membuat mereka melupakan rasa lelah sehingga tidak bisa memulai tidur.
Jika gejala insomnia terus terjadi, apa dampaknya?
Tidur adalah waktu bagi tubuh untuk beristirahat. Jika waktu tidur tidak cukup, Anda jadi mengantuk, lelah, dan mudah marah. Apalagi pada orang dengan masalah mental. Gangguan insomnia yang tidak kunjung membaik, akan menurunkan kualitas hidup pasien.
Orang dengan depresi, misalnya. Mereka yang cenderung tidak makan dengan baik, tentu akan semakin menurun sistem kekebalan tubuhnya. Berbagai infeksi dari virus, jamur, atau bakteri jadi lebih rentan terjadi. Gejala depresi lainnya pun jadi semakin parah.
Baca Juga: Bamsoet Optimis Elektabilitas Jokowi akan Naik Lagi
Cara memperbaiki tidur jika punya masalah mental