Glaukoma Sebabkan Kebutaan yang Tak Bisa Disembuhkan, Ini Cara Mencegahnya

Jum'at, 15 Maret 2019 | 06:25 WIB
Glaukoma Sebabkan Kebutaan yang Tak Bisa Disembuhkan, Ini Cara Mencegahnya
Ilustrasi sakit mata. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Glaukoma perlu menjadi perhatian. Penyakit ini merupakan penyakit terbanyak kedua penyebab kebutaan di Indonesia. 

Hal tersebut yang mendasari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengajak masyarakat untuk mulai mencegahnya demi mengurangi prevalensinya. 

Apalagi, saat ini dunia sedang memperingati Pekan Glaukoma Dunia atau World Glaucoma Week, yang jatuh setiap minggu kedua Maret.

Spesialis Mata Subdivisi Glaukoma UGM-RSUP Dr Sardjito dr Tatang Talka Gani mengungkapkan, glaukoma merupakan penyakit yang biasa disebut sebagai 'pencuri penglihatan'.

Baca Juga: 5 Kosmetik Ciptakan Mata Cantik ala Meghan Markle

Berdasarkan penjelasannya, hanya 10 persen penderita glaukoma yang disertai rasa sakit, sehingga kebutaan masih bisa dicegah melalui pengobatan. Glaukoma ini merupakan tipe sudut tertutup.

Penjelasan glaukoma di Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito Yogyakarta - (HiMedik.com/Eleonora PEW)
Penjelasan glaukoma di Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito Yogyakarta - (HiMedik.com/Eleonora PEW)

"Sembilan puluh persen penderita glaukoma itu tidak merasakan sakit karena glaukoma yang sifatnya kronik progresif. Artinya itu perlahan-lahan tapi pasti," terang Tatang soal glaukoma sudut terbuka, di Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito, Jalan Kesehatan, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (14/3/2019).

"Jadi kerusakan saraf itu sedikit demi sedikit, sehingga pasien datang ke dokter sering terlambat. Pasien datang ke dokter sudah hampir buta atau bahkan sudah buta."

Glaukoma, menurut keterangan Tatang, terjadi karena tekanan bola mata yang tinggi, berkurangnya serabut saraf penglihatan, hingga lapang pandang makin menyempit. Sementara penyebab glaukoma terdiri dari dua jenis: primer dan sekunder.

Dokter spesialis mata Tatang Talka Gani (kiri) dan Suhardjo (kanan) - (HiMedik.com/Eleonora PEW)
Dokter spesialis mata Tatang Talka Gani (kiri) dan Suhardjo (kanan) - (HiMedik.com/Eleonora PEW)

Glaukoma primer berarti tidak diketahui penyebabnya dan biasanya berhubungan dengan faktor genetik, atau keturunan. Sebaliknya, glaukoma sekunder diketahui penyebabnya, yakni bisa karena lensa atau infeksi.

Baca Juga: Wanita Ini Alami Kerusakan Otak Saat Akan Operasi Kelompak Mata Ganda

Meski prevalensinya sebagai penyebab kebutaan di Indonesia berada di nomor dua setelah katarak, glaukoma yang berakhir dengan kebutaan tidak bisa disembuhkan (irreversible) alias permanen. Berbeda dengan kebutaan karena katarak, yang disebut Tatang bersifat reversible atau bisa diperbaiki, sehingga penderita bisa melihat kembali.

"Tujuan dari penanganan atau penatalaksanaan glaukoma yaitu, jangan sampai menimbulkan kebutaan, jadi hanya mempertahankan penglihatan yang ada, biar awet," ujar Tatang.

Terkait gejala, glaukoma sudut terbuka diawali dengan tanda-tanda yang ringan, sehingga penderitanya seringkali tidak menyadari bahwa ia mengidap glaukoma. Untuk tipe sudut tertutup, glaukoma disertai dengan gejala mata merah, penglihatan menurun, sakit kepala sebelah yang tak kunjung hilang meski telah diobati, mual, dan muntah.

Penjelasan glaukoma di Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito Yogyakarta - (HiMedik.com/Eleonora PEW)
Penjelasan glaukoma di Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito Yogyakarta - (HiMedik.com/Eleonora PEW)

"Yang (disertai, -red) rasa sakit ini yang sering tertolong, asal jangan terlambat ke dokter," kata Tatang.

Maka dari itu, Tatang, dan juga Prof dr Suhardjo, SU, SpM(K), dokter spesialis mata sekaligus Ketua Divisi Oftalmologi Komunitas UGM-RSUP Dr Sardjito, mendesak masyarakat, terlebih yang berisiko glaukoma, untuk melakukan deteksi dini.

"Orang-orang yang tidak mempunyai keluhan penurunan penglihatan disarankan ke dokter mata tiap tiga tahun sekali," saran Tatang. "Kemudian yang kedua, tiap tahun bagi mereka yang mempunyai faktor risiko."

Tatang menyebutkan, faktor risiko glaukoma antara lain keluarga memiliki riwayat glaukoma, menderita diabetes atau hipertensi, memakai steroid, menderita mata minus yang tinggi, dan pernah mengalami trauma mata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI